Senin, 02 Juli 2012

Bitter and Sweet Love and Life, Part 1

Aku baru pulang dari aktifitas rutinku. Lumayan udah pukul 6 sore dan cukup melelahkan hari itu. Rutinitas yang telah kujalani selama hampir 4 tahun dan kurasa cukup menyenangkan.
Capek, ya begitulah sehabis menjalankan rutinitas dari jam 8 sampai jam 5 sore plus perjalanan pulang yang memakan waktu satu jaman akibat kemacetan yang luar biasa yang pasti terjadi setiap petang waktu pada pulang kerja. Untung tadi aku sempat membeli makan buat aku makan dirumah, rasanya males banget mau masak lagi.

Setelah mandi, kubawa makanan yang berisi nasi dan ayam goreng serta se cup lemon tea. Makanan yang simple tapi bagiku enak dan cukup untuk mengganjal perutku. Sambil makan kunikmati acara berita di tv, lumayan lah daripada nonton sinetron yang geje dan gak jelas gitu.

Berita yang terpampang di di TV lumayan saat ini bikin aku kaget, ada pembunuhan anak sekolah, masih muda berusia 15 tahun, masih kelas 1 smu, dibunuh dengan sadis. Aku bergetar dan ingatanku mulai terbuka dan perlahan lahan air mata meleleh di pipi. Sesak hati ku dan rasa sesal yang tiada terkira.

 Tertegun, kanya tertegun saja, gak tahu gimana dan bagaimana, seolah dunia terasa berhenti dan semuanya gak berjalan lagi, udara seakan2 terhenti sehingga aliran ke paru paru seakan tidak berfungsi lagi. Otak seakan berhenti bekerja, badan tidak bisa digerakkan. Syaraf syaraf tubuh seakan menjadi tidak berfungsi dan tubuh menjadi mati rasa. Bagiku dunia seakan menelan diriku dalan sebuah kesedihan, kegalauan dan keputus asaan.

 Aku gak tahu seberapa lama diriku dalam keadaan seperti itu. Berita di TV yang sangat mengncang hati, perasaan yang dulu terkuak lagi, dan sakitnya menjadi semakin besar.


“Oh God, when this pain will gone”


Aku hanya bisa berharap, berharap yang kemungkinan tidak pernah terjadi. Sakit yang kurasakan gak akan hilang, aku pesimis sakit ini akan hilang dari diriku.


” Apakah benar bahwa setiap sakit ada obatnya?”


Saat ini aku tidak bisa mempercayai hal itu. Walaupun logikaku masih bisa berpikir bahwa setiap masalah, setiap penyakit pasti aka nada penyeleseiannya, pasti ada obatnya, tapi pada saat ini aku tidak mengetahui apa yang harus aku lakukan.


Dalam ke “mati rasa”anku, aku masih mendengar berita bahwa mayat pemuda berusia 15 tahun itu dibuang di semak semak. Dibunuh dan dibuang seakan tidak ada harganya, seakan nyawa hanya merupakan hal sepele yang kalau hilang sudah gak berguna dan cukup menjadi sampah.


Oh tuhan, kenapa ada orang yang bisa melakukan hal hal seperti itu, menyakiti seseorang, bahkan seorang yang masih sangat muda. Seorang yang masih punya masa depan yang jika diteruskan hidupnya bisa menggantikan dan menjadi pemimpin. Seorang yang akan sangat berguna bagi masyarakat. Tapi itu semua terenggut seketika.

Keluarga yang ditinggalkan, gimana rasanya? Apakah mereka senang? Atau sedih?

Apakah pemuda itu dimata keluarganya pemuda yang baik baik baik? Atau pemuda pemberontak yang mencemarkan “nama baik” keluarga? Apakah yang dia lakukan sehingga pantaskah dia menerima hal tersebut?

 Seberapapun salahnya, apakah seseorang yang bahkan belum menikmati hidup mendapat balasan seperti itu? Apakah semua itu adil? Siapa yang salah?

“Mati rasa” tubuh ini, mati rasa otak ini, dunia menjadi berhenti, atau bahkan dunia menjadi berputar putar tanpa kendali. Perasaan sakit, perasaan tersiksa, perasaan marah, perasaan sedih, perasaan putus asa berkumpul bercampur menjadi satu. Semuanya bergolak dan pengen dilepaskan dari tubuh ini. Tapi yang terjadi adalah tubuh menjadi mati rasa, dan tiba tiba kepala menjadi pusing, perut seperti diaduk aduk, penglihatan yang dari tadi sudah seperti hilang fungsi menjadi seperti ribuan bintang yang gak Cuma berputar puta r tapi seperti menhujam kepala dan menghukun diriku, menjadikan kepalaku pusing yang sangat sangat besar, dan tiba tiba perut menjadi seperti diaduk aduk, seperti ada sesuatu yang memaksa keluar dan memaksa untuk dimuntahkan. Dan muntahlah diriku, muntah dengan semua perasaan yang ikut didalamnya. Memaksa tubuh ini menjadi hilang dan pelahan lahan semua menjadi putih, putih dan semua tidak ingat lagi


Dan dalam gelap kuucapkan satu nama “Ji, Maafkan Aku”





Aku merasakan handuk basah di dahiku, kuterbangun dengan lemas. Kurasakan ada tangan penuh kasih sayang yang sedang mengelap handuk basah ke keningku.


Kubuka mata, dan kurasa ada sebuah mata air dan keteduhan disana, keteduhan yang memberikan diriku sebuah kekuatan. Kekuatan untuk menghadapi semua yang ada di dunia ini.


Langsung aku bangunkan badn dan kupeluk dia, serasa ada sihir didalam dirinya, sihir yang mengembalikan waktu, yang mengalirkan kembali aliran udara di dalam duniaku. Kupeluk dan kurasakan sebuah damai.


“Kenapa sayang, kok jadi kayak gini. Kamu kenapa” katanya


Aku tidak bisa menjawab, tangisku pecah di dalam pelukannya. Kurasakan elusan dipunggungku, kurasakan ciuman dikepalaku. Dia berusaha menenangkanku.


Setelah beberapa lama akhirnya bisa menggunakan otakku kembali, setelah beberapa saat mati rasa, fungsi syaraf syaraf di tubuhku mulai bekerja kembali. Semua kembali lagi dan akhirnya waktu berjalan.


Lega, itulah yang kurasakan.


“Aku ingat Aji sayang” kataku


“Emang tadi lagi ngapain, kok jadi kacau begini” katanya


Akhirnya kulepaskan pelukannya dan aku duduk di sofa ruang tv, dia kemudia tiduran dan meletakkan kepalanya pada pangkuanku. Aku usap rambutnya.


“Tadi aku melihat di TV, ada pembunuhan anak 15 tahun dan mayatnya dibuang dipinggir jalan”


“Owwwwww, ya sudah. Aji sudah damai di sana. Sayang jangan menyalahkan diri terus. Sekarang yang perlu dilakukan adalah gimana kedepannya, jangan sampai terulang lagi” Katanya


“Iya sayang, Agus ada disampingku terus kan. Terus jagain aku”


“Itu janji Agus. Tapi Mas Damar sayang tetep semangat ya”




Ya, sudah 2 tahun ini Agus menemaniku, menemaniku hidup bersama. Aku jaga dia dan dia selalu mensuport diriku.

Aku Damar umur 25 tahun, bekerja di salah satu perusahaan Besar di Jalan Sudirman Sebagai Senior Manager. Sedangkan Agus berumur 23 tahun, sekarang masih kuliah semester 4 di sebuah perguruan tinggi swasta. Yup, ada kisah kenapa dia bisa terlambat kuliah dan itu lain kali aja diceritain.




“Mas, tadi makan  ayam goreng ama nasi ini doang ya” tanyanya



“Iya, tapi kayaknya tadi aku muntahin semua deh. Kita makan diluar aja yuk?” kataku



“Ya udah, udah jam 8 ni, masih bau tu akibat muntahan tadi. Mandi dulu sana?” katanya



“Halah kamu juga baru balik, belum mandi juga kan?”



“hahahahahah, tapi tetep ganteng kan” sanggahnya



Ku acak acak rambutnya. Dia akhirnya bangkit dan bilang “sapa dulu yang mau mandi”



“bareng bareng aja yuk” candaku



“Ogah ah, mas omes deh. Nanti malah jadi bisa lama kalau mandinya barengan gitu. Setelah itu lemes lagi, gak jadi keluar nanti” jawabnya sambil berlalu



“Aku duluan ya sayang yang mandi. Jangan ngintip ya. Mending liat aja langsung daripada ngintip hahahahhahaha”



“Dasar Gus, ternyata kamu omes juga” kataku sambil tersenyum






Jam sudah menunjukkan jam 9 malam, daripada pakai mobil mending pake motor aja deh. Berhubung gue gak bisa naik motor (how pitty it is) ya terpaksa gue yang dibonceng Agus.



Kita mau nyari makan aja deh di daerah Benhil, ada seafood enak disana. Setiba disana kita pesen udang dan ikan bakar sama nasi plus lemon tea. Lumayan rame juga dan lumayan enak, yang penting bisa ngobrol sambil santai



“Gimana hari ini kuliahnya, hari ini full ya dari pagi ampe sore” tanyaku



“Ya gitu deh, capek seh. Capek banget malah” jawabnya



“tadi siang makan apa Gus”



“Yah, mas ini gimana sih, malah nanyain makan apa tadi siangnya apa? Harusnya aku yang ditanyain gimana, tadi siang masih banyak yang lirik gak gitu” gerutunya



“Ada ada aja dirimu, mas kan khawatir dirimu sih sering telat kalau makan, Tahu deh ajaran siapa ngeyelnya gitu. Susah kalau dibilangin soal makan”



“Yang pasti ajarannya mas, mas juga gitu kalau siang juga sering lupa makan. Ngaku aja deh?”



“hahahahahha, iya seh. Orang sifat jelek kok diikuti. Back to topic, makan apa tadi siang dan jam berapa?” tanyaku lagi



“jam berapa ya, sekitar jam dua  setelah keluar kelas, makan bareng teman teman ada Jimmy dan Putra. Makan nasi bakar tadi mas” jawabnya



“O ya udah, gimana kulih hari ini? Aman terkendali kan?”



“Iyalah mas, aman terkendali. Tapi hari ini gila bener 2 matkul ngasih tugas bikin paper dikumpul minggu depan. Begadang lagi deh”



“hahahahah, ya namanya juga mahasiswa begitu deh. Yang penting dikerjain sendiri, jangan nyontek tapi hasilnya harus maksimal”



“Menurut mas lebih baik nyontek dapat A atau kerjain sendiri dapat B”



“What? Pertanyaan apaan tu?” karena gemas kuacak acak rambutnya



“Jawab aja deh ah, mas tinggal jawab pilih yang mana gitu?” sambil memonyongkan bibirnya



Hahahahahah, Agus memang lucu dan bisa membuatku tertawa. Bisa membuatku senang dan yang pasti merasa dibutuhkan.



“Udah ah, ni jawaban mas, Gak Nyontk Tapi Dapat A”



“Ih, itu kan bukan pilihannya” katanya



“Titik gak pake koma gak pake ngeyel gak pakai sanggahan. Itu jawaban final!” kataku



“Huuuuuu” sambil meletin lidahnya



“Janji ya gak nyontek nyontek” kataku dengan pandangan tajam



Agus memangdangku. Dan dia tahu aku serius



“Iya mas, janji jani. Tapi kasih hadiah ya kalau semester ini A semua”



“Pasti, count of me”



“hihihihi” senyumnya



Aku gembira melihat Agus yang yang seperti ini. Setelah puas makan kita balik kerumah, lumayan juga malam malam naik sepeda motor, menghirup debu dan udara berpolusi kota jakarta.



Jam 11 kita sampai dirumah (muter muter dulu acaranya, have fun lah. Cukup dengan muter2 berdua cukup membuat hati gembira. Gak ada momen yang tergantikan deh



Sampai rumah langsung deh capeknya. Aku ngantuk tapi agus malah buka laptop



“Mau ngapain sayang buka leptop. Tidur lah dik”



“Besok free mas, mau maen game ah. Kemaren baru donload game baru” jawabnya



“Udah sikat gigi dulu yuk” ajakku



“Nanti deh mas, maen dulu ah” jawabnya



“Ngeyel  bener deh. Ayo ikut” kataku sambil seret tangannya dan bawa ke kamar mandi



“Iya iya” jawabnya sambil cemberut



“Itu leptop kan butun butuh waktu buat loading. Udah jangan cemberut”



Ya akhirnya kami berdua ke kamar mandi buat sikat gigi dan cuci tangan dan kaki sebelum aku tidur. Agus kayaknya mau begadang deh. Biarin deh, dilarang juga gak ada gunanya, yang penting dia tahu apa yang menjadi tanggung jawabnya.



Setelah selesai aktifitas kamar mandi (hahahahha bahasanya) aku yang memang sudah ngantuk tidur deh, sedang Agus ada dikamar juga sih, maenin laptop. Acara maen game kesukaan dia, Kesukaan yang gak bisa diganggu gugat. Sampai dikamar aku mau merebahkan tubuhku buat tidur, Agus langsung memeluk diriku. Lalu cium pipi dan terakhir light kiss on the lips. Yang ciuman ringan tapi sangat berkesan.



“I love you mas”



“I love you too Sayang, minum susu ya nanti, biar efek begadagnya gak terlalu besar” kataku



“Iya mas, pesan mas pasti aku turuti” katanya



“Ya udah, mas bubu dulu”



Kulepaskan pelukanku, dan kurebahkan tubuhku di kasur. Agus langsung pasang selimut, nyalain AC dan kecup keningku.



Yah, hari ini diakhiri dengan hal yang indah. God, thank to you. Ameen



7 Tahun lalu

“Mas Damar, Aji jadi juara 1 lo”

Tubuh Aji yang baru kelas 3 SMP memang mengagumkan, dia sudah setinggi 175cm, walaupun masih tinggian aku yang 186 cm. Tubuhnya yang jangkung dan tidak gendut, tapi pipinya lucu dan menggemaskan. Wajahnya yang putih dan dengan postur tubuh yang tinggi plus selalu menjadi juara bahkan banyak prestasi lain diluar akademik menjadikan dia bocah yang sangat bersinar.

“Iya ji, Mas bangga padamu”

“Ayo mas, janjinya mana, traktir komik dan lupus ya”

“Yuk, kita berangkat sekarang” kataku

Senyum cerianya merupakan kebahagiaan bagiku

1 komentar:

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket