Siang itu Yudi dan Pram lagi bermotor ria. Mereka
berdua yang sedang dalam perjalanan menuju Bukit Watu. Tujuannya seh cuman mau
happy happy doang. Karena sedang libur kerjaan, akhirnya memutuskan pergi
melihat alam yang masih alami. Ya, akhirnya diputuskan ke Bukit Watu.
Perjalanan yang panjang dan berkelak kelok.
Dengan mengendarai motor berboncengan disertai dengan canda canda. Ya, mereka
pacaran (BF an istilah kerennya).
Ternyata sudah menjelang siang dan baru setengah
perjalanan, dan dalam perjalanan di sebuah jalan mereka dihentikan oleh bapak
bapak yang sedang memanggul kayu bakar.
"Mas, Badhe tindak pundi?" Tanya bapak
bapak tersebut
(Mas, mau pergi kemana?)
"Badhe ten Inggil pak, Badhe tindak Gunung
Watu" Jawab Yuda
(mau ke atas pak, mau ke bukit watu)
"Becikke mboten sah kemawon mas, Mudun
kemawon. Singit mas"
(baiknya gak usah, turun aja, angker)
"Kulo mboten wontem maksud jahat pak, namung
dolan kemawon kok" Jawab Yuda
(saya gak ada maksud gak bener k, cuma main
aja"
"Gih, pesen kulo setunggal gih mas, mengkih
nek wonten warung nopo sak jenisipun, mboten sah tumbas utawi dahar ten
riko"
(ya sudah, pesan saya cuma satu. nanti jika ada
warung atau sejenisnya, hindari beli/makan disana)
"Mengkih bilih panjenengan kalih luwih utawi
pengen dahar, tindak ing omah omah penduduk kemawon, Penduduk riki mesti mboten
kawratan, malah remen mbantu tiyang "
(Nanti jika kalian berdua lapar atau pengen
makan, pergi ke rumah penduduk desa aja, pasti mereka gak keberatan dan malah
senang}
"La emang wonten nopo pak?" Tanya Pram
agak penasaran
Bapak itu cuma tersenyum dan meninggalkan mereka
berdua sambil ngomong
"
monggo mas, rumiyin gih?"
Yuda dan pram saling pandang. Pram yang memang
sedikit phobia ma hal hal nyeremin (penakut lebih tepatnya).
Yuda
nimpali, "Gak papa Pram, Gak kan terjadi apa apa, kita kan gak ada maksud
jahat"
"Iya, moga moga aja" jawab Pram
"Tenang aja, aku akan melindungimu darling
hahahahhahahahahhahahhaha"
Akhirnya keduanya meninggalkan jalan itu dan
meneruskan perjalanan naik menuju Bukit Watu. Jam sudah menunjukkan jam 2
Siang. Pastilah keduanya lapar, dan celakanya mereka berdua gak bawa bekal.
Cuman ada air doang hehehhe.
Dasar masih muda dan perut lapar, mereka tiba2
melihat ada warung di pinggir jalan.
"Pram, ada warung makan tu?"
"Lo, kok ada, bukannya tadi dari jauh gak
ada sama sekali, kok tiba tiba ada."
"Iya ya aneh, tapi mungkin kita aja yang
matanya sliwer jadi gak lihat. Ayo mampir, lapar ni"
(Sliwer=rabun)
"Jangan yud. Inget ma pesan bapak bapak
tadi." Timpal Pram
"Alah gak papa, gak mungkin juga kita
diracuni kok. Orang desa kan baik baik"
"Tapi Yud, takut"
"Tenang aja, ada aku. Nanti kalau ada apa
apa aku yang melindungi"
"Ya udah terserah mas aja hehehehhehe"
kata Pram sambil tersenyum. Pram manggil Yuda mas cuma disaat saat dia pengen
dimanja atau memberi perhatian pada Yuda.
Akhirnya mereka berdua menuju warung itu. Sepi
dan suasana aneh. Walau di siang hari suasana mistik bener bener terasa walau
itu oleh orang biasa aja. Merinding gitu ceritanya.
Pram yang memang dasar ketakutan pegangin baju
Yuda sambil masuk dan duduk di bangku panjang
Seorang nenek nenek tua, bener bener dah renta
dengan kulit keriput memakai baju kebaya berwarna biru tua tersenyum pada
mereka. Bagi Pram seh itu bukan senyuman tapi seringai yang bikin ketakutan
Yuda tahu hal itu
"Gak papa dek, ada mas disini" kata
Yuda. Yudajuga sama, akan manggil Pram
dek jika jiwa ingin melindungi dan menunjuukkan kasih sayangnya muncul.
"Iya mas" kata Pram. Dari suaranya Yuda
tahu Pram sedang ingin dilindungi. Ingin berlindung dari ketakutan dia
"Badhe dahar utawi ngunjuk menopo mas?"
kata nenek itu
(Mau makan atau minum apa mas)
"Kulo pesen sekul kalian gudeg mawon mbah.
Sami kemawon rencang kulo. Unjukkane Teh anget mawon mas" Kata Yuda
(saya pesen nasi dengan gudeg aja nek, temen saya
disamain aka. minumnya teh hangat aja)
"Sekedap gih mas" kata denek itu dengan
agak terbata bata
(sebentar ya mas)
"Inggih mbah, matur nuwun" kata Yuda
dengan hormatnya sambil tersenyum. baginya menghormati orang yang lebih tua
adalah wajib, walaupun posisi dia sebagai pembeli yang bisa dibilang pembeli
adalah raja.
(Iya nek, terimakasih}
Gak beberapa lama 2 teh anget hangat sudah
tersedia. kemudian nenek itu bilang
"Monggo diunjuk mas"
(silahkan diminum mas)
Yuda dan Pram meminum tehnya. Lumayan buat
mengusir hawa yang dingin
Tiba tiba gelap. Semua gelap bagi Yuda dan Pram.
Lalu muncul sinar kayak flash ditu, gelap terang gelap terang yang memusingkat
Dan jeritan Pram terdengar dengan kerasnya
"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"
Jeritan Pram terdengar keras, jeritan ketakutan
yang menyayat hati Yuda.
Yuda memeluk Pram dan menenangkan dia
"Udah dik, tenang tenang, mas disini"
"Udah udah, semua akan baik baik saja"
Akhirnya Pram tenang. Mereka berdua "ada
dimana ni" pikirnya. Mereka ada disebuah tempat yang asing bagi mereka.
Hanya ada pohon pohon besar dan mereka sekarang sedang berpelukan diatas bau
ceper besar.
Pram bener bener ketakutan. Gemetaran tanpa henti
tubuhnya
Yuda yang sadar dan melihat sekeliling. memang
ada banyak pohon pohon besar yang luar biasa besarnya yang seumur hidup belum
pernah ia lihat. Pohon pohon yang aneh (memiliki batang yang berwarna kebiru
biru andan sebagian kemerah merahan)
Yuda melihat lokasi mereka, sebuah batu besar
berdiameter 10 meteran, pipih dan bulat. bener bener berbentuk lingkaran
sempurna. Siapa yang bikin ini ya, keren banget.
Dan Yuda melihat ternyata ada jalan batu setapak.
Dan kayaknya itu jalan buat keluar dari tempat ini
Tiba tiba ada sebuah bisikan "Dalan Watu
Dalan Metu" (jalan batu jalan keluar)
Pram yang juga mendengar itu kaget dan langsung
teriak.
Yuda yang sadar dan tanggap langsung tahu apa
yang harus dilakukan, dia harus menenangkan Pram. Dengan terpaksa dia tampar
Pram lumayan keras
"Sadar Dik sadar" bentak Yuha
Pram yang gak pernah dibentak yuda tertegun. Tapi
gemetarnya langsung hilang. Ketakutannya dah gak nampak lagi.
"Maaf ya dik kita harus keluar dari tempat
itu, mas sayang adik makanya kulakuin itu"
"Iya mas gak papa. Makasih ya mas”
"Ya udah kita keluar sekarang. ikuti jalan
batu itu" kata Yuda
Akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri jalan
itu. Dan tanpa mereka sadari, didepan sana ada dua mata merah sedang menunggu
mereka
Ada yang
aneh dengan tempat yang Yuda dan Pram sekarang berada, Matahari gak ada bulan
gak ada tapi terang benerang. Walaupun banyak pohon besar di sisi kanan kiri
jalan batu tapi anehnya gak sedikitpun jalannya gak kelihatan tertutup bayangan.
Walaupun gak panas juga, adem lebih tepatnya.
Setelah
mereka berjalan lumayan lama tiba tiba kanan kiri pohonnya berkurang dan
terhampar taman bunga. Anehnya bunga bunga yang ada disitu luar biasa bagus.
Pram pun mengajak yuda berjalan dan melihat lihat.
"Pram,
ni bunga kesukannmu nih" kata yuda menunjjuk sebuah bunga mawar berwarna
biru tua.
"Iya
keren ya?" timpal Pram.
"Mau
gak dik satu. Buat nunjukin rasa sayang mas"
"Ada
ada aja mas, gak usah deh. kita kan gak tahu siapa pemilik bunga bunga ini.
Nati marah lo yang punya"
"Adik
ini aneh deh, ini kan dialam liar. masak ada yang punya. Langka lo bunga mawar
biru gini. "
"Ah,
mas ada ada aja heheheheh. tapi emang bagus seh"
Akhirnya
Yuda memetik sebuah mawar yang berwarna biru tua. Dan dengan suka cita
diberikan mawar itu kepada Pram.
"Ini
mas kasih buat kamu ya dik"
"Makasih
Mas" kata Pram sambil tersenyum
"Yaudah
dik ayo lanjutin jalannya"
Tiba tiba
mawar yang dipegang yuda bergetar dan warnanya yang semula Biru tiba tiba
menjadi berwarna putih seputih kapas.
Dan anehnya
lalu menjadi kemerah merahan. Pram lemas seperti orang yang kekurangan darah
dan makin lama mawar tersebut makin berwarna merah
Merah nya
warna merah darah
Yuda kaget. Ketakutan dan kekawatiran nampak
diwajahnya dengan jelas.
Dia melihat mawar yang berada ditangan Pram makin
lama makin berwarna merah seiring dengan kondisi Pram yang makin pucat lemas
dan gak sadar.
Dan tiba tiba dia dikejutkan munculnya sosok
kepala dengan dua mata merah. Hanya kepalanya saja dengan rambut awut awutan.
Kepala yang gk normal karena ukurannya
yang besar. kalau diameter nya seh 1 meteran deh.
Kepala itu tertawa menyeramkan, gigi runcingnya
dan lidahnya menjulur julur. Lihah bercabang kayak lidah ular.
Jujur Yuda ketakutan, walau terang tapi dilihatin
sosok begitu ketakutan. Tapi dia melihat Pram, dia beranikan hati.
"Pram tak apakno kui"
(kamu apain Pram)
"Kui kowe tak ukum karang wani nyolong
kembang ku. Kui kembang mawar getih, kembang seng bakal nyerot getihe wong sek
wani nyekel" sosok itu terkekeh2
(itu kamu saya hukum karena berani mencuri
bungaku. itu mawar darah, bunga yang akan menghisap darah orang yang berani
memegangnya)
"La aku to mau sing njupuk, aku mau seng
nyekel, kudune aku seng keno. tulong aku wae nek arep dihukum, ojo deweke"
(la kan aku yang ambil, aku tadi yang pegang,
harusnyaa aku yang kena, tolong kalau mau dihukum aku aja, jangan dia)
"Kui artine deweke wong seng tak tresnani
to? kembang kui seneng nek wong tak ditresnani mati. hehehhehehhehhehhehe. Delok
wae wong kuwi bakal mati" kata sosok itu terkekeh.
(itu artinya orang itu yang kamu cintai kan?
bunga itu senang kalau melihat orang yang kamu cintai mati hehehehheheheh
Lihat aja orang itu bakal mati)
Yuda terkejut. Karena keusilan dia dia melihat
orang yang disayangi meregang nyawa seperti itu. Dia menyesali apa yang telah
dia lakukan. Dia menyesali keusilan dia memetik bunga itu yang akhirnya malah
membuat Pram, orang yang dicintainya menjadi seperti itu.
"Tulong, piye carane ben deweke slamet,
tulong. Aku gantine rapopo" kata pram pada sosok itu.
"Raono sek iso kowe lakoni. Takdire nek
bocah kui mesti mati nangkene wakakakakakak" tawa sosok itu dengan keras. Puas karena mendapat korban manusia.
(Gak ada yang bisa kamu lakuin, takdir anak itu
mati disini)
"Kembang kui sak kembang cukup nyedot getihe
sak jalmo menungso. dadi mesti mati rabakal slamet"
(Bunga itu cukup buat menyedot darah satu
manusia, jadi dia gak bakal selamat)
Yudha mendekati Pram. Akankah dia kehilangan
orang yang dia sayangi?
Dia menangis sambil memeluk tubuh Pram.
Yuda sudah putus asa
Rasa akan kehilangan orang yang dicintai didepan
mata benar banar memukul mental dan perasaannya.
Rasanya ingin mati mati. tiba tiba dia ingat
bahwa jalan pasti ada hal yang bisa dilakukan, at least buat nyelamatin Pram
Dia jadi inget kata sosok kepala bermata merah
bahwa bunga itu cukup menyedot darah satu orang, cukup satu. Gimana kalau dua,
pasti gak. Jadi masih ada kemungkinan dia nyelamatin Pram
Dia melihat bunga mawar yang mulai merah dan
makin meras, akhirnya ia menegang pangkal berduri yang masih ada diluar
genggaman Pram. Yuda merasakan hidupnya seperti disedot keluar, kesadarannya
seperti hilang bersamaan dengan dihisapnya darahnya oleh bunga tersebut.
Tiba tiba sosok kepala menyeramkan itu menjerik
dan teriak ketakutan. Kepala itu melayang layang disekitar Yuda dan Pram yang
tergeletak dengan lemas.
Tiba tiba Mawar yang berwarna merah tersebut
bergetar, ada kejadian mistis ketika darah Yuda dan Pram tercampur dalam
kelopak kelopaknya. Tiba tiba terjadi ledakan besar dan mementalkan makluk
kepala.
Ledakan yang berasal dari bunga tersebut, membuat
kebun bunga itu musnah dan memusnahkan juga sosok hantu kepala tersebut. Ledakan
berwarna merah pelahan lahan berudah menjadi pink dan menyalimuti tubuh Pram
dan Yuda. Tubuh mereka yang lemas berangsur angsur kembali ke kadaan semula dan
wajah pucatnya kembali seperti sudah memiliki darah kembali.
Beberapa saat posisi pingsan Pram dan Yuda masih
seperti kondisi semua, mereka saling genggam tangan. Tangan Yuda menggenggam
tangan pram.
Yuda bangun duluan. Dia terkejut taman bunga
sudah gak ada lagi dan kembali disamping kiri kanan adalah pohon pohon besar.
Tapi anehnya sekarang kok warnanya agak ke pink ya?
yuda memeluk tubuh Pram erak, tangisnya gak bisa
ditahan lagi. Tiba tiba dia merasa ada gerakan dari Pram, dia lalu berhent
menangis dan segera melihat kondisinya. Pram sudah sadar.
"Mas, aku kok tidur disini?"
"Kamu gak ingat apa apa dek?"kata yuda
"Gak Mas. Waktu mas kasih bunga itu tiba
tiba aku gak ingat apa apa mas"
"Udah dik gak ada apa apa kok, kamu pingsan,
mungkin kecapean kayaknya"
Pram merasakan ada sesuatu di dalam genggaman
tanggannya Ada sebuah batu berwarna biru di tangannya. Bagus banget batunya.
"Lo mas, kok mawarnya ilang, kok ada batu
ni. cakep mas batunya. Aku suka. Makasih ya mas"
Yuda terkejut dan bingung. Kok ada sebuah batu
ditangan pram. Tapi melihat pram gembira kayak gitu ia hanya diam dan tersenyum.
Tiba tiba Yuda memeluk pram erat. Rasa mau
kehilangan Pram yang tadi kembali muncul. Dia peluk erat.
"Dik, jangan tinggalin mas ya. Mas akan
jaga kamu dik" kata yuda dengan
terbata bata
Pram kaget kenapa Yuda jadi kayak gitu. Tapi dia
senang banget. Dia gak meninggalkan Pram apapun yang terjadi
"Jangan khawatir mas, adik gak akan
ninggalin mas. I love You"
Pram langsung mencium bibir Yuda lembut. "I
love you dik, sampai kapanpun"
Setelah beberapa saat berikutnya Yuda sadar bahwa
harus diterusin perjalannya. Segera dia mengajak Pram melanjutkan menyusuri
jalan batu untuk keluar dari tempat itu.
Dan yang ada didepan mereka adalah sebuah kejutan
yang siap mengejutkan mereka
Jalanan yang mereka lalui sebenarnya susah, naik
turun tapi anehnya mereka gak lelah. Gak ada rasa lelah dan capek sama sekali.
Itu disadari oleh Pram.
"Mas kok kita jalan naik turun gini gak
capek ya"
"Aneh banget dik, tapi malah asik kan, kita
bisa sekalian melihat pemandangan indah. Kan memang tujuan kit ke Bukit Watu
mau refresing"
"Iya seh mas, dan memang bener bener indah
pemandangan disini. Masih asri ya mas. Moga ini bisa lestari ya mas, jangan ada
yang merusak"
"Kamu baik sekali deh dek, moga banyak orang
yang seperti kamu deh"
"hahahha, gak kok mas, kan kalau banyak
pohon suasana bisa adem. Pohon juga bisa jadi rumah dan habitat banyak makhluk
hidup mas. Selain itu oksigen juga terjaga"
" Pinter deh kamu dek. Pasti dulu pelajaran
biologinya bagus"
"Ye, emang ada hubungannya ya mas. Peduli
lingkungan harus ditanamkan pada diri sendiri mas, jangan ke ahlinya
doang?"
"kok gitu dek?"
"Kan kalau cuma mengandalkan yang
berkepentingan tanpa kita juga ikut ya sama aja. masak bersih sampah harus
nunggu orang2 dari dinas kebersihan. Dimulai dari diri kita dong mas?"
"La hubungannya sampah ma tanam pohon
apaan?"
"La itu makanya untuk menanam pohon jangan
kita bergantung pada dinas kehutanan atau pemerintah, tapi kalau bisa swadaya
masyarakat gitu lo mas"
" Ih pacarku emang hebat, pinter baik hati
dan TOP"
"Biasa aja lah mas" Pram tersenyum
Yuda sangat kagum ama pemikiran Pram. dari dulu
memang dia kagum dengan dia. Pram orang yang sangat disiplin, memikirkan
semuanya. Gak kayak dia yang kadang masih ogak ogahan dan males.
"Sini mas peluk sebagai hadiah" Kata
yuda
Akhirnya Pram menyerahkan dirinya dalam dekapan
Yuda
Sambil berbisik dia bilaang " mas kagum
padamu, jangan berubah ya"
Dan dibalas Pram dengan senyuman manisnya
Tiba tiba ada suara
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Dan jalan didepan mereka tepatnya di bebatuan
secara aneh tumbuh pohon. Pohon seperti pohon angsana tapi batangnya ada sulur
kayak akar gitu. Dan jalanan tertutup oleh pohon itu.
Pram ma Yuda bingung harus gimana. dan tiba tiba
terdengar lagi
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
"Mas Suara apaan itu"
"Udah dek gak usah dipikirin. sekarang
gimana kita keluar. "
"Ada pohon mas. kayaknya angsana tuh. Dulu
sering bijinya buat maenan waktu kecil"
"Kamu tahu pohon ini dek?"
"Dulu waktu kecil waktu ke tempat kakek di
desa mas, banyak pohon kayak gitu. tapi yang ini gede, dan anehnya gak
tinggi"
Memang pohon ini aneh, gede sampai nutupin jalan
tapi gak terlalu tinggi dan daunnya rimbun. Aneh seharusnya angsana tu tinggi
pohonya. soalnya kita bisa ngambil bijinya yang sudah tua dan berwarna merah
yang telah jatuh
"Ya udah deh aku periksa"kata Yuda
Yuda kedepan dan memeriksa pohon itu, tiba tiba
sulur2 yang ada dibatangnya membelit tangan Yuda. Yuda terkejut, tapi dia lebih
memikirkan Pram
"Jangan mendekat dek, bahaya. Kamu disitu
saja"
Pram perkejut dan pengen menolong Yuda dan tiba
tiba dari rimbuna pohon itu muncul dan beterbangan langsung memenuhi tempat
itu. Sosok burung aneh yang muncul
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Yuda ingat, itu kan hantu keblak, hantu yang
bentuknya seperti ayam, tapi kakinya cuman satu. Ada di pohon2 dan menakut
nakutin manusia. Yang dengan anehnya bisa membesar sebesar apapun yang dia mau.
Yuda terkejut, mata dari burung burung aneh yang
bentuknya ayam berkaki satu berwarna hitam pekal dengan mata merah darah
menyilaukan. Ketakutan sangat menghampiri Pram.
Pram yang pada dasarnya takut pada hantu dan
sejenisnya sudah tidak bisa berkutik lagi. Tiba tiba ada sosok yang kayaknya
pemimpin hantu itu. Sosoknya besar, Sosok syam sebesar manusia dewasa dengan
kaki satu mata merah mencorong tajam
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr
Para keblak mengepak kebakkan sayapnya, diakhiri
bunti sirrrrrrrrrr dari paruh mereka
Tiba tiba pemimpin para keblak itu ngomong
(ternyata bisa ngomong) dan memerintah anak buahnya
"Wektune mangan bocah bocah, wes ono kae
panganane "
(waktunya makan anak anak, itu makanannya udah
tersedia)
Pram terkejut ketika mendengar suara jeritan
mengenaskan kesakitan dari Yuda. Para keblak mematuki tubuh Yuda. darah mulai
mengalir. Yuda gak bisa apa apa, karena tangannya terikat sulur sulur itu.
Pram langsung shock, tapi tiba tiba ketika
melihat sosok Yuda yang mengenaskan dan gak bisa membela diri itu, tiba tiba
rasa kaku dan takutnya hilang. Amarah yang ada, amarah pada dirinya sendiri
yang gaisa melindungi orang yang dicintai. Amarah karena merasa gak bisa apa
apa.
Biasanya Yuda yang jadi Pelindung dia, dimana ia
bisa bergantung dan mempercayakan dirinya.
Dengan nekat dia menghambur kedepan. Langsung
membuka bajunyaa dan dipakai buat melundungi Yuda. Sambil teriak teriak dia
melihat banyak bertebaran buah buah angsana, langsung ia lempar ke arah para
keblak itu dengan kalap
Tapi kayaknya gak ngefek, tetep aja mereka
merangsek ke depan, dengan tubuhnya sendiri dia melindungi Yuda, sampai
akhirnya ketika di menggenggam batu biru miliknya, dia lempar kearah para
kawanan keblak itu. Dia gak peduli batu itu berharga atau enggak, dia cuma
berpikir batu itu berasal dari alam ini, jadi mungkin hanya itu yang bisa
melindungi Yuda tersayang
Batu biru terlempar anehnya melesat menuju keblak
terbesar (raja keblak dan kena ke matanya. Keblak2 lainnya langsung mendesis
desis terbang kesana kemari gak teratur. Panik atau gimana gitu
Dari kepala raja keblak yang terkena betu biru
tiba tiba muncul batu merah yang bersama batu bitu terpental kembali ke arah
pohon angsana dan anehnya tiba tiba pohon angsana tersebur daun2nya merimbun ke
bawah dan menelan sosok Yuda dan Pram kedalam rimbunan pohon pohon itu
Dan raja keblak tersebut tiba tiba berubah
menjadi sama seperti yang lain, keblak keblak yang ukurannya sebesar ayam dan
matanya tetap merah tapi gak mencorong dan bersinar lagi seperti sebelum batu
merah keluar dari raja keblak dan terpental ke pohon angsana.
Gimana keadaan Yuda dan Pram?
Gimana
keadaan Yuda dan Pram?
Yuda
terluka parah. Tangan dan kakinya hancur. Pram menangis meraung raung melihat
keadaan Pram.
Melihat
sosok Yuda sang Pelindung dalam keadaan seperti itu dia merasa sakit.
Tiba tiba
disamping Pram dia merasakan ada sesuatu di tangannya. Ya, batu berwarna biru
dan merah ada ditangannya.
Tiba tiba
ada suara "watu abang watu biru, jodomu dewe dewe"
Langsung
saja Pram ngeh dan mendekati yuda, dan tiba tiba batu merah bersinar dan sulur
sulur melilit tubuh yuda dan Splash, tiba tiba cahaya merah memenuhi dan dalam
sekejap hilang bersama hilangnya pohon angsana dan tubuh Yuda yang kembali
seperti semula.
Pram
langsung berteriak keras dan menangis di pelukan Yuda. Yuda yang merasa aneh,
rasa sakitnya tiba ilang dan tubuhnya kembali seperti semula. Dalam
genggamannya ada batu berwarna merah yang dia merasa sangat suka pada batu itu.
Dia merasa
lega. Huffft semua sudah selesai. Tapi yang ada di pelukannya adalah cowok
tanpa baju (hehehhehe mesum).
Dia meluk
Pram, "Udah dik cukup nangisnya"
"............................."
Pram tetep sesenggukan.
"Udah
deh, hayo ngapain gak pakai baju, mau pamer body ya?"
"Uhhhhh,
enak aja"
"hahahhahaha,
gak papa kok, cakep cakep kok"
"Omes
deh mas ini, lihat aku gak pakai baju langsung mesum"
"Abisnya
seksi seh heheheheheh, sini sini cicip cicip dikit" kata pram sambil cium2
pundah Pram
"Mesuuuuummmmmmmmmmmmmmmmm"
teriak Pram. Tapi dia diem aja pasrah
Yuda
mengambil baju Pram dan menyerahkan bajunya, memakaikan ke Pram.
"Udah
dik, dilanjutin yuk, udah gak kenapa kenapa kan?"
"Iya
mas, yuk. Pengen cepet pulang aku. Takut disini banyak yang aneh aneh"
Keduanya
akhirnya meneruskan perjalan. Terdengar didepan suara menggeliat geliat yang
menunggu kedatangan meraka berdua
Jalan
kedepan pohon pohon disekitar jalan batu makin kecil, gak gede gede dan raksasa
kayak sebelumnya. Pohon pohon juga gak rapat lagi tapi sudah mulai jarang
sehingga pemandangan bisa dilihat.
Tempat itu
memang indah, banyak pohon2 perdu dan bunga bunga liar. Pram dan Yuda
memutuskan untuk menikmati tanpa merusak alam yang diciptakan Tuhan.
Alam yang
begitu sempurna. hanya saja manusia yang tega menjamah dan merusahnya
Sampai
akhirnya mereka ada di sebuah jembatan . Yup jalan batu itu melewatu jembatan.
Yang menjadi masalah di jembatan itu ada sesosok ularsebesat batang kelapa
berwarna hitan kelam melingkar di sana menutupi jalan.
"Dik,
ada ular gede banget tu, gimana?"
"Ya
gimana mas, mau gak mau kesana"
"Iya,
kayaknya ini juga ular gaib, kita tanyain aja langsung ke dia, mungkin bisa
ngasih jalan dikit"
Keduanya
mendatangi ular tersebut. ternyata mereka berdua mendengar suara merintih dan
menangis dari ular tersebut.
Pram yang
sekarang udah gak ketakutan (la ular kok bisa merintih dan menangis, pasti ular
siluman tu)
"Mbah
Ulo, Nopo mbah kok nangis"
(mbah ular,
kenapa kok nangis)
"Mbah
Mbah gundulmu kui, aku ki isik enom"
(mbah mbah
kepalamu, aku masih muda)
"Yo
Nyuwun pangapurane kang. Tak celuk kang yo. Mang ngopo kang kok nangis?"
(ya minta
maaf, aku panggil kang aja ya. Kenapa kang kok nangis)
"Aku
dijaluki watu jodo biru abang, nek ra iso aku aku ra di kei restu karo calon
mertuo"
(aku
dimintai batu jodoh biru merah, kalau gak bisa gak akan direstui calon mertua)
"Watune
koyo opo kang"
(batunya
kayak apa kang)
"Watu
loro, abang karo biru. aku rangerti nandi le golek. Jarene nek dicerakke watu
loro kui murup warnane dari abang
jambu"
(batu dua
biji, merah biru, aku gak tahudimana nyarinya. katanya kalau dideketin batu dua
itu jadi merah jambu)
Pram dan
Yuda saling pandang. Spontanmereka ngeluarin baru yang mereka dapat dari
perjalanan dan tiba tiba ada semburat warna merah jambu keluar dari campuran
warna kedua batu itu. Ular hitam gede mengerikan tiba tiba bergerak.
"Kui
watune"
(itu
batunya)
Pram
terkejut dan demikian juga Yuda. Mereka mundur kebelakan takut ular itu melumat
mereka guna merampas batu tersebut. Tapi yang lebih ditakutin jika mereka
melumat pasangan mereka
Yuda takut
Pram diapa apain, demikian juga sebaliknya
"Aku
njaluk tulung, wenehke aku watu kui. Aku tresno banget karo Nyai Kembangan. Aku
ra iso urip tanpo deweke"
(aku minta
tolong, kasih ke aku batu itu, aku cinta nyai Kembanyan, aku gak bisa hidup
tanpa dia)
Ular hitam
itu meletakkan kepalanya ditanah, seperti memohon dengan sangat.
"Njalukmu
opo takwenehi, Emas Rojo Brono tak kei. Neng watu kui go aku yo"
(minta apa
aj kkukasih, emas dan kekayaan. Tapi batunya buat aku)
Yuda ma
Pram saling pndang. Mereka seperti sepakat, dari hati mereka.
Mereka berdua
meletakkan dua batu itu didepan ular itu.
"Aku
ra pengen opo opo, mugo mugo iki iso dadi syarat kanggo mbangun bebrayan. Mugo
mugo dadi keluarg seng apek" Kata Yuda.
(aku gak
pengen apa apa, semoga bisa membangun keluarda dan jadi keluarga bahagia)
"Iyo,
neng nek nek iso aku njaluk tulung, carane mbalek ke alamku piye yo?"
Timpal Pram .
(tapi kalao
bisa minta tolong, keluar dari alam ini gimana ya)
Ular hitam
itu mengambil batu itu, lalu bilang
"terus
wae dalan iki, memtok ono warung. Pesen wedang uwoh karo sing dodol"
(terus aja
jalan ini, mentok ada warung. Pesen wedang uwoh ama yang jual"
*wedang
uwoh=sejenis minuman herbal dari batang secang yg diserut dan beberapa bahan
lain
"Maturnuwon
kang"
Tiba tiba
ular tersebut hilang. kaget juga uler hitam segede gitu (ada deh sebesar batang
kelapa) tiba tiba hilang didepan mata mereka. Tapi ya sudah, gak kaget lagi.
Mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di ujung jalan batu. Ada sebuah warung
sama persis ketika mereka mau masuk ke alam aneh ini dulu.
"Bade
dahar nopo mas?"
(mau makan
apa mas)
"Ngunjuk
wedang uwoh mawon mbah, kalih gih"
(minum
wedang uwoh aja mbah, dua ya?
Akhirya
minuman pun tiba. saling pandang dan mengangguk mereka lalu minum minuman di
depan mereka
Dan tiba
tiba gelap dan gelap. Kilatan cahaya ada dimana mana
"Mas
tangi mas"
(mas bangun
mas)
Ternyata
Yuda dan Bram bibangunkan bapak bapak yang tadi siang ketemu mereka. Mereka
ditemukan di pinggir jalan di sebuah pohon tua yang tumbang.
"Nopo
kok tilem ten kiri, lungkrah nopo?"
(ngapain
tidur disini, capek ya)
Yuda ma
Pram bingung. Tapi seneng akhirnya kembali ke dunia mereka semuala
"Inggih
pak, niki bade wangsul mawon" kata Yuda.
(Iya pak,
ini mau pulang aja)
"Ati
ati gih mas"
(Ati ati ya
mas)
"Monggo
pak" Kata Yuda
Yuda
akhirnya pulang dan Pram diboncengin Yuda. Dalam perjalanan pulang Pram peluk
Yuda dengan erat. Dengan satu senang
tangan Yuda memegang tangan Pram yang ditangannya.
Tiba tiba
ada cahaya merah jambu. Yuda terkejut langsung menghantikan motornya.
"Kenapa
mas" Kata Pram
"Lihat
tanganmu dik?"
Pram
menjulurkan tangannya dan baru sadar ternyata ada cincin di jari manisnya. Yuda melakukan hal yang sama, dan ternyata
ada cincin disana. Cincin yang sama dengan motif ukiran ular. Bedanya Batu yang
ada di cincin Yuda berwarna Biru, sedang di tangan Pram berwarna merah.
Saling
pandang mereka
"Itu
beneran kejadian ya mas?"
Yuda
mengingat semua kejadian aneh di alam yang gak tahu itu. Langsung dipeluk Pram
dan bilang
"I
love you dik, Aku gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi"
"Sama
mas"
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar