Sabtu, 05 Mei 2012

Bukit Watu


Siang itu Yudi dan Pram lagi bermotor ria. Mereka berdua yang sedang dalam perjalanan menuju Bukit Watu. Tujuannya seh cuman mau happy happy doang. Karena sedang libur kerjaan, akhirnya memutuskan pergi melihat alam yang masih alami. Ya, akhirnya diputuskan ke Bukit Watu.



Perjalanan yang panjang dan berkelak kelok. Dengan mengendarai motor berboncengan disertai dengan canda canda. Ya, mereka pacaran (BF an istilah kerennya).



Ternyata sudah menjelang siang dan baru setengah perjalanan, dan dalam perjalanan di sebuah jalan mereka dihentikan oleh bapak bapak yang sedang memanggul kayu bakar.



"Mas, Badhe tindak pundi?" Tanya bapak bapak tersebut

(Mas, mau pergi kemana?)



"Badhe ten Inggil pak, Badhe tindak Gunung Watu" Jawab Yuda

(mau ke atas pak, mau ke bukit watu)



"Becikke mboten sah kemawon mas, Mudun kemawon. Singit mas"

(baiknya gak usah, turun aja, angker)



"Kulo mboten wontem maksud jahat pak, namung dolan kemawon kok" Jawab Yuda

(saya gak ada maksud gak bener k, cuma main aja"



"Gih, pesen kulo setunggal gih mas, mengkih nek wonten warung nopo sak jenisipun, mboten sah tumbas utawi dahar ten riko"

(ya sudah, pesan saya cuma satu. nanti jika ada warung atau sejenisnya, hindari beli/makan disana)



"Mengkih bilih panjenengan kalih luwih utawi pengen dahar, tindak ing omah omah penduduk kemawon, Penduduk riki mesti mboten kawratan, malah remen mbantu tiyang "

(Nanti jika kalian berdua lapar atau pengen makan, pergi ke rumah penduduk desa aja, pasti mereka gak keberatan dan malah senang}



"La emang wonten nopo pak?" Tanya Pram agak penasaran



Bapak itu cuma tersenyum dan meninggalkan mereka berdua sambil ngomong



 " monggo mas, rumiyin gih?"



Yuda dan pram saling pandang. Pram yang memang sedikit phobia ma hal hal nyeremin (penakut lebih tepatnya).

 Yuda nimpali, "Gak papa Pram, Gak kan terjadi apa apa, kita kan gak ada maksud jahat"



"Iya, moga moga aja" jawab Pram



"Tenang aja, aku akan melindungimu darling hahahahhahahahahhahahhaha"



Akhirnya keduanya meninggalkan jalan itu dan meneruskan perjalanan naik menuju Bukit Watu. Jam sudah menunjukkan jam 2 Siang. Pastilah keduanya lapar, dan celakanya mereka berdua gak bawa bekal. Cuman ada air doang hehehhe.

Dasar masih muda dan perut lapar, mereka tiba2 melihat ada warung di pinggir jalan.



"Pram, ada warung makan tu?"



"Lo, kok ada, bukannya tadi dari jauh gak ada sama sekali, kok tiba tiba ada."



"Iya ya aneh, tapi mungkin kita aja yang matanya sliwer jadi gak lihat. Ayo mampir, lapar ni"

(Sliwer=rabun)



"Jangan yud. Inget ma pesan bapak bapak tadi." Timpal Pram



"Alah gak papa, gak mungkin juga kita diracuni kok. Orang desa kan baik baik"



"Tapi Yud, takut"



"Tenang aja, ada aku. Nanti kalau ada apa apa aku yang melindungi"



"Ya udah terserah mas aja hehehehhehe" kata Pram sambil tersenyum. Pram manggil Yuda mas cuma disaat saat dia pengen dimanja atau memberi perhatian pada Yuda.



Akhirnya mereka berdua menuju warung itu. Sepi dan suasana aneh. Walau di siang hari suasana mistik bener bener terasa walau itu oleh orang biasa aja. Merinding gitu ceritanya.



Pram yang memang dasar ketakutan pegangin baju Yuda sambil masuk dan duduk di bangku panjang



Seorang nenek nenek tua, bener bener dah renta dengan kulit keriput memakai baju kebaya berwarna biru tua tersenyum pada mereka. Bagi Pram seh itu bukan senyuman tapi seringai yang bikin ketakutan



Yuda tahu hal itu



"Gak papa dek, ada mas disini" kata Yuda.  Yudajuga sama, akan manggil Pram dek jika jiwa ingin melindungi dan menunjuukkan kasih sayangnya muncul.



"Iya mas" kata Pram. Dari suaranya Yuda tahu Pram sedang ingin dilindungi. Ingin berlindung dari ketakutan dia



"Badhe dahar utawi ngunjuk menopo mas?" kata nenek itu

(Mau makan atau minum apa mas)



"Kulo pesen sekul kalian gudeg mawon mbah. Sami kemawon rencang kulo. Unjukkane Teh anget mawon mas" Kata Yuda

(saya pesen nasi dengan gudeg aja nek, temen saya disamain aka. minumnya teh hangat aja)



"Sekedap gih mas" kata denek itu dengan agak terbata bata

(sebentar ya mas)



"Inggih mbah, matur nuwun" kata Yuda dengan hormatnya sambil tersenyum. baginya menghormati orang yang lebih tua adalah wajib, walaupun posisi dia sebagai pembeli yang bisa dibilang pembeli adalah raja.

(Iya nek, terimakasih}



Gak beberapa lama 2 teh anget hangat sudah tersedia. kemudian nenek itu bilang

"Monggo diunjuk mas"

(silahkan diminum mas)



Yuda dan Pram meminum tehnya. Lumayan buat mengusir hawa yang dingin



Tiba tiba gelap. Semua gelap bagi Yuda dan Pram. Lalu muncul sinar kayak flash ditu, gelap terang gelap terang yang memusingkat



Dan jeritan Pram terdengar dengan kerasnya

"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"







Jeritan Pram terdengar keras, jeritan ketakutan yang menyayat hati Yuda.



Yuda memeluk Pram dan menenangkan dia



"Udah dik, tenang tenang, mas disini"



"Udah udah, semua akan baik baik saja"



Akhirnya Pram tenang. Mereka berdua "ada dimana ni" pikirnya. Mereka ada disebuah tempat yang asing bagi mereka. Hanya ada pohon pohon besar dan mereka sekarang sedang berpelukan diatas bau ceper besar.



Pram bener bener ketakutan. Gemetaran tanpa henti tubuhnya



Yuda yang sadar dan melihat sekeliling. memang ada banyak pohon pohon besar yang luar biasa besarnya yang seumur hidup belum pernah ia lihat. Pohon pohon yang aneh (memiliki batang yang berwarna kebiru biru andan sebagian kemerah merahan)



Yuda melihat lokasi mereka, sebuah batu besar berdiameter 10 meteran, pipih dan bulat. bener bener berbentuk lingkaran sempurna. Siapa yang bikin ini ya, keren banget.



Dan Yuda melihat ternyata ada jalan batu setapak. Dan kayaknya itu jalan buat keluar dari tempat ini



Tiba tiba ada sebuah bisikan "Dalan Watu Dalan Metu" (jalan batu jalan keluar)



Pram yang juga mendengar itu kaget dan langsung teriak.

Yuda yang sadar dan tanggap langsung tahu apa yang harus dilakukan, dia harus menenangkan Pram. Dengan terpaksa dia tampar Pram lumayan keras



"Sadar Dik sadar" bentak Yuha



Pram yang gak pernah dibentak yuda tertegun. Tapi gemetarnya langsung hilang. Ketakutannya dah gak nampak lagi.



"Maaf ya dik kita harus keluar dari tempat itu, mas sayang adik makanya kulakuin itu"



"Iya mas gak papa. Makasih ya mas”



"Ya udah kita keluar sekarang. ikuti jalan batu itu" kata Yuda



Akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri jalan itu. Dan tanpa mereka sadari, didepan sana ada dua mata merah sedang menunggu mereka







Ada yang aneh dengan tempat yang Yuda dan Pram sekarang berada, Matahari gak ada bulan gak ada tapi terang benerang. Walaupun banyak pohon besar di sisi kanan kiri jalan batu tapi anehnya gak sedikitpun jalannya gak kelihatan tertutup bayangan. Walaupun gak panas juga, adem lebih tepatnya.



Setelah mereka berjalan lumayan lama tiba tiba kanan kiri pohonnya berkurang dan terhampar taman bunga. Anehnya bunga bunga yang ada disitu luar biasa bagus. Pram pun mengajak yuda berjalan dan melihat lihat.



"Pram, ni bunga kesukannmu nih" kata yuda menunjjuk sebuah bunga mawar berwarna biru tua.



"Iya keren ya?" timpal Pram.



"Mau gak dik satu. Buat nunjukin rasa sayang mas"



"Ada ada aja mas, gak usah deh. kita kan gak tahu siapa pemilik bunga bunga ini. Nati marah lo yang punya"



"Adik ini aneh deh, ini kan dialam liar. masak ada yang punya. Langka lo bunga mawar biru gini. "



"Ah, mas ada ada aja heheheheh. tapi emang bagus seh"



Akhirnya Yuda memetik sebuah mawar yang berwarna biru tua. Dan dengan suka cita diberikan mawar itu kepada Pram.

"Ini mas kasih buat kamu ya dik"



"Makasih Mas" kata Pram sambil tersenyum



"Yaudah dik ayo lanjutin jalannya"



Tiba tiba mawar yang dipegang yuda bergetar dan warnanya yang semula Biru tiba tiba menjadi berwarna putih seputih kapas.



Dan anehnya lalu menjadi kemerah merahan. Pram lemas seperti orang yang kekurangan darah dan makin lama mawar tersebut makin berwarna merah



Merah nya warna merah darah







Yuda kaget. Ketakutan dan kekawatiran nampak diwajahnya dengan jelas.



Dia melihat mawar yang berada ditangan Pram makin lama makin berwarna merah seiring dengan kondisi Pram yang makin pucat lemas dan gak sadar.



Dan tiba tiba dia dikejutkan munculnya sosok kepala dengan dua mata merah. Hanya kepalanya saja dengan rambut awut awutan. Kepala yang gk normal karena ukurannya  yang besar. kalau diameter nya seh 1 meteran deh.



Kepala itu tertawa menyeramkan, gigi runcingnya dan lidahnya menjulur julur. Lihah bercabang kayak lidah ular.



Jujur Yuda ketakutan, walau terang tapi dilihatin sosok begitu ketakutan. Tapi dia melihat Pram, dia beranikan hati.



"Pram tak apakno kui"

(kamu apain Pram)



"Kui kowe tak ukum karang wani nyolong kembang ku. Kui kembang mawar getih, kembang seng bakal nyerot getihe wong sek wani nyekel" sosok itu terkekeh2

(itu kamu saya hukum karena berani mencuri bungaku. itu mawar darah, bunga yang akan menghisap darah orang yang berani memegangnya)



"La aku to mau sing njupuk, aku mau seng nyekel, kudune aku seng keno. tulong aku wae nek arep dihukum, ojo deweke"

(la kan aku yang ambil, aku tadi yang pegang, harusnyaa aku yang kena, tolong kalau mau dihukum aku aja, jangan dia)



"Kui artine deweke wong seng tak tresnani to? kembang kui seneng nek wong tak ditresnani mati. hehehhehehhehhehhehe. Delok wae wong kuwi bakal mati" kata sosok itu terkekeh.

(itu artinya orang itu yang kamu cintai kan? bunga itu senang kalau melihat orang yang kamu cintai mati hehehehheheheh

Lihat aja orang itu bakal mati)





Yuda terkejut. Karena keusilan dia dia melihat orang yang disayangi meregang nyawa seperti itu. Dia menyesali apa yang telah dia lakukan. Dia menyesali keusilan dia memetik bunga itu yang akhirnya malah membuat Pram, orang yang dicintainya menjadi seperti itu.



"Tulong, piye carane ben deweke slamet, tulong. Aku gantine rapopo" kata pram pada sosok itu.



"Raono sek iso kowe lakoni. Takdire nek bocah kui mesti mati nangkene wakakakakakak" tawa sosok itu dengan  keras. Puas karena mendapat korban manusia.

(Gak ada yang bisa kamu lakuin, takdir anak itu mati disini)



"Kembang kui sak kembang cukup nyedot getihe sak jalmo menungso. dadi mesti mati rabakal slamet"

(Bunga itu cukup buat menyedot darah satu manusia, jadi dia gak bakal selamat)



Yudha mendekati Pram. Akankah dia kehilangan orang yang dia  sayangi?

Dia menangis sambil memeluk tubuh Pram.







Yuda sudah putus asa



Rasa akan kehilangan orang yang dicintai didepan mata benar banar memukul mental dan perasaannya.

Rasanya ingin mati mati. tiba tiba dia ingat bahwa jalan pasti ada hal yang bisa dilakukan, at least buat nyelamatin Pram



Dia jadi inget kata sosok kepala bermata merah bahwa bunga itu cukup menyedot darah satu orang, cukup satu. Gimana kalau dua, pasti gak. Jadi masih ada kemungkinan dia nyelamatin Pram



Dia melihat bunga mawar yang mulai merah dan makin meras, akhirnya ia menegang pangkal berduri yang masih ada diluar genggaman Pram. Yuda merasakan hidupnya seperti disedot keluar, kesadarannya seperti hilang bersamaan dengan dihisapnya darahnya oleh bunga tersebut.



Tiba tiba sosok kepala menyeramkan itu menjerik dan teriak ketakutan. Kepala itu melayang layang disekitar Yuda dan Pram yang tergeletak dengan lemas.



Tiba tiba Mawar yang berwarna merah tersebut bergetar, ada kejadian mistis ketika darah Yuda dan Pram tercampur dalam kelopak kelopaknya. Tiba tiba terjadi ledakan besar dan mementalkan makluk kepala.



Ledakan yang berasal dari bunga tersebut, membuat kebun bunga itu musnah dan memusnahkan juga sosok hantu kepala tersebut. Ledakan berwarna merah pelahan lahan berudah menjadi pink dan menyalimuti tubuh Pram dan Yuda. Tubuh mereka yang lemas berangsur angsur kembali ke kadaan semula dan wajah pucatnya kembali seperti sudah memiliki darah kembali.



Beberapa saat posisi pingsan Pram dan Yuda masih seperti kondisi semua, mereka saling genggam tangan. Tangan Yuda menggenggam tangan pram.



Yuda bangun duluan. Dia terkejut taman bunga sudah gak ada lagi dan kembali disamping kiri kanan adalah pohon pohon besar. Tapi anehnya sekarang kok warnanya agak ke pink ya?



yuda memeluk tubuh Pram erak, tangisnya gak bisa ditahan lagi. Tiba tiba dia merasa ada gerakan dari Pram, dia lalu berhent menangis dan segera melihat kondisinya. Pram sudah sadar.



"Mas, aku kok tidur disini?"



"Kamu gak ingat apa apa dek?"kata yuda



"Gak Mas. Waktu mas kasih bunga itu tiba tiba aku gak ingat apa apa mas"



"Udah dik gak ada apa apa kok, kamu pingsan, mungkin kecapean kayaknya"



Pram merasakan ada sesuatu di dalam genggaman tanggannya Ada sebuah batu berwarna biru di tangannya. Bagus banget batunya.



"Lo mas, kok mawarnya ilang, kok ada batu ni. cakep mas batunya. Aku suka. Makasih ya mas"



Yuda terkejut dan bingung. Kok ada sebuah batu ditangan pram. Tapi melihat pram gembira kayak gitu ia hanya diam dan tersenyum.



Tiba tiba Yuda memeluk pram erat. Rasa mau kehilangan Pram yang tadi kembali muncul. Dia peluk erat.



"Dik, jangan tinggalin mas ya. Mas akan jaga  kamu dik" kata yuda dengan terbata bata



Pram kaget kenapa Yuda jadi kayak gitu. Tapi dia senang banget. Dia gak meninggalkan Pram apapun yang terjadi

"Jangan khawatir mas, adik gak akan ninggalin mas. I love You"



Pram langsung mencium bibir Yuda lembut. "I love you dik, sampai kapanpun"



Setelah beberapa saat berikutnya Yuda sadar bahwa harus diterusin perjalannya. Segera dia mengajak Pram melanjutkan menyusuri jalan batu untuk keluar dari tempat itu.



Dan yang ada didepan mereka adalah sebuah kejutan yang siap mengejutkan mereka







Jalanan yang mereka lalui sebenarnya susah, naik turun tapi anehnya mereka gak lelah. Gak ada rasa lelah dan capek sama sekali. Itu disadari oleh Pram.



"Mas kok kita jalan naik turun gini gak capek ya"



"Aneh banget dik, tapi malah asik kan, kita bisa sekalian melihat pemandangan indah. Kan memang tujuan kit ke Bukit Watu mau refresing"



"Iya seh mas, dan memang bener bener indah pemandangan disini. Masih asri ya mas. Moga ini bisa lestari ya mas, jangan ada yang merusak"



"Kamu baik sekali deh dek, moga banyak orang yang seperti kamu deh"



"hahahha, gak kok mas, kan kalau banyak pohon suasana bisa adem. Pohon juga bisa jadi rumah dan habitat banyak makhluk hidup mas. Selain itu oksigen juga terjaga"



" Pinter deh kamu dek. Pasti dulu pelajaran biologinya bagus"



"Ye, emang ada hubungannya ya mas. Peduli lingkungan harus ditanamkan pada diri sendiri mas, jangan ke ahlinya doang?"



"kok gitu dek?"



"Kan kalau cuma mengandalkan yang berkepentingan tanpa kita juga ikut ya sama aja. masak bersih sampah harus nunggu orang2 dari dinas kebersihan. Dimulai dari diri kita dong mas?"



"La hubungannya sampah ma tanam pohon apaan?"



"La itu makanya untuk menanam pohon jangan kita bergantung pada dinas kehutanan atau pemerintah, tapi kalau bisa swadaya masyarakat gitu lo mas"



" Ih pacarku emang hebat, pinter baik hati dan TOP"



"Biasa aja lah mas"  Pram tersenyum



Yuda sangat kagum ama pemikiran Pram. dari dulu memang dia kagum dengan dia. Pram orang yang sangat disiplin, memikirkan semuanya. Gak kayak dia yang kadang masih ogak ogahan dan males.



"Sini mas peluk sebagai hadiah" Kata yuda



Akhirnya Pram menyerahkan dirinya dalam dekapan Yuda



Sambil berbisik dia bilaang " mas kagum padamu, jangan berubah ya"



Dan dibalas Pram dengan senyuman manisnya



Tiba tiba ada suara

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr



Dan jalan didepan mereka tepatnya di bebatuan secara aneh tumbuh pohon. Pohon seperti pohon angsana tapi batangnya ada sulur kayak akar gitu. Dan jalanan tertutup oleh pohon itu.



Pram ma Yuda bingung harus gimana. dan tiba tiba terdengar lagi



Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr





"Mas Suara apaan itu"



"Udah dek gak usah dipikirin. sekarang gimana kita keluar. "



"Ada pohon mas. kayaknya angsana tuh. Dulu sering bijinya buat maenan waktu kecil"



"Kamu tahu pohon ini dek?"



"Dulu waktu kecil waktu ke tempat kakek di desa mas, banyak pohon kayak gitu. tapi yang ini gede, dan anehnya gak tinggi"



Memang pohon ini aneh, gede sampai nutupin jalan tapi gak terlalu tinggi dan daunnya rimbun. Aneh seharusnya angsana tu tinggi pohonya. soalnya kita bisa ngambil bijinya yang sudah tua dan berwarna merah yang telah jatuh



"Ya udah deh aku periksa"kata Yuda



Yuda kedepan dan memeriksa pohon itu, tiba tiba sulur2 yang ada dibatangnya membelit tangan Yuda. Yuda terkejut, tapi dia lebih memikirkan Pram



"Jangan mendekat dek, bahaya. Kamu disitu saja"





Pram perkejut dan pengen menolong Yuda dan tiba tiba dari rimbuna pohon itu muncul dan beterbangan langsung memenuhi tempat itu. Sosok burung aneh yang muncul



Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr



Yuda ingat, itu kan hantu keblak, hantu yang bentuknya seperti ayam, tapi kakinya cuman satu. Ada di pohon2 dan menakut nakutin manusia. Yang dengan anehnya bisa membesar sebesar apapun yang dia mau.



Yuda terkejut, mata dari burung burung aneh yang bentuknya ayam berkaki satu berwarna hitam pekal dengan mata merah darah menyilaukan. Ketakutan sangat menghampiri Pram.



Pram yang pada dasarnya takut pada hantu dan sejenisnya sudah tidak bisa berkutik lagi. Tiba tiba ada sosok yang kayaknya pemimpin hantu itu. Sosoknya besar, Sosok syam sebesar manusia dewasa dengan kaki satu mata merah mencorong tajam



Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr

Bluk Bluk Sirrrrrrrrrrrrrr



Para keblak mengepak kebakkan sayapnya, diakhiri bunti sirrrrrrrrrr dari paruh mereka



Tiba tiba pemimpin para keblak itu ngomong (ternyata bisa ngomong) dan memerintah anak buahnya

"Wektune mangan bocah bocah, wes ono kae panganane "

(waktunya makan anak anak, itu makanannya udah tersedia)



Pram terkejut ketika mendengar suara jeritan mengenaskan kesakitan dari Yuda. Para keblak mematuki tubuh Yuda. darah mulai mengalir. Yuda gak bisa apa apa, karena tangannya terikat sulur sulur itu.



Pram langsung shock, tapi tiba tiba ketika melihat sosok Yuda yang mengenaskan dan gak bisa membela diri itu, tiba tiba rasa kaku dan takutnya hilang. Amarah yang ada, amarah pada dirinya sendiri yang gaisa melindungi orang yang dicintai. Amarah karena merasa gak bisa apa apa.



Biasanya Yuda yang jadi Pelindung dia, dimana ia bisa bergantung dan mempercayakan dirinya.



Dengan nekat dia menghambur kedepan. Langsung membuka bajunyaa dan dipakai buat melundungi Yuda. Sambil teriak teriak dia melihat banyak bertebaran buah buah angsana, langsung ia lempar ke arah para keblak itu dengan kalap



Tapi kayaknya gak ngefek, tetep aja mereka merangsek ke depan, dengan tubuhnya sendiri dia melindungi Yuda, sampai akhirnya ketika di menggenggam batu biru miliknya, dia lempar kearah para kawanan keblak itu. Dia gak peduli batu itu berharga atau enggak, dia cuma berpikir batu itu berasal dari alam ini, jadi mungkin hanya itu yang bisa melindungi Yuda tersayang



Batu biru terlempar anehnya melesat menuju keblak terbesar (raja keblak dan kena ke matanya. Keblak2 lainnya langsung mendesis desis terbang kesana kemari gak teratur. Panik atau gimana gitu



Dari kepala raja keblak yang terkena betu biru tiba tiba muncul batu merah yang bersama batu bitu terpental kembali ke arah pohon angsana dan anehnya tiba tiba pohon angsana tersebur daun2nya merimbun ke bawah dan menelan sosok Yuda dan Pram kedalam rimbunan pohon pohon itu



Dan raja keblak tersebut tiba tiba berubah menjadi sama seperti yang lain, keblak keblak yang ukurannya sebesar ayam dan matanya tetap merah tapi gak mencorong dan bersinar lagi seperti sebelum batu merah keluar dari raja keblak dan terpental ke pohon angsana.



Gimana keadaan Yuda dan Pram?







Gimana keadaan Yuda dan Pram?



Yuda terluka parah. Tangan dan kakinya hancur. Pram menangis meraung raung melihat keadaan Pram.

Melihat sosok Yuda sang Pelindung dalam keadaan seperti itu dia merasa sakit.



Tiba tiba disamping Pram dia merasakan ada sesuatu di tangannya. Ya, batu berwarna biru dan merah ada ditangannya.



Tiba tiba ada suara "watu abang watu biru, jodomu dewe dewe"



Langsung saja Pram ngeh dan mendekati yuda, dan tiba tiba batu merah bersinar dan sulur sulur melilit tubuh yuda dan Splash, tiba tiba cahaya merah memenuhi dan dalam sekejap hilang bersama hilangnya pohon angsana dan tubuh Yuda yang kembali seperti semula.



Pram langsung berteriak keras dan menangis di pelukan Yuda. Yuda yang merasa aneh, rasa sakitnya tiba ilang dan tubuhnya kembali seperti semula. Dalam genggamannya ada batu berwarna merah yang dia merasa sangat suka pada batu itu.



Dia merasa lega. Huffft semua sudah selesai. Tapi yang ada di pelukannya adalah cowok tanpa baju (hehehhehe mesum).



Dia meluk Pram, "Udah dik cukup nangisnya"



"............................." Pram tetep sesenggukan.



"Udah deh, hayo ngapain gak pakai baju, mau pamer body ya?"



"Uhhhhh, enak aja"



"hahahhahaha, gak papa kok, cakep cakep kok"



"Omes deh mas ini, lihat aku gak pakai baju langsung mesum"



"Abisnya seksi seh heheheheheh, sini sini cicip cicip dikit" kata pram sambil cium2 pundah Pram



"Mesuuuuummmmmmmmmmmmmmmmm" teriak Pram. Tapi dia diem aja pasrah



Yuda mengambil baju Pram dan menyerahkan bajunya, memakaikan ke Pram.



"Udah dik, dilanjutin yuk, udah gak kenapa kenapa kan?"



"Iya mas, yuk. Pengen cepet pulang aku. Takut disini banyak yang aneh aneh"



Keduanya akhirnya meneruskan perjalan. Terdengar didepan suara menggeliat geliat yang menunggu kedatangan meraka berdua







Jalan kedepan pohon pohon disekitar jalan batu makin kecil, gak gede gede dan raksasa kayak sebelumnya. Pohon pohon juga gak rapat lagi tapi sudah mulai jarang sehingga pemandangan bisa dilihat.



Tempat itu memang indah, banyak pohon2 perdu dan bunga bunga liar. Pram dan Yuda memutuskan untuk menikmati tanpa merusak alam yang diciptakan Tuhan.



Alam yang begitu sempurna. hanya saja manusia yang tega menjamah dan merusahnya



Sampai akhirnya mereka ada di sebuah jembatan . Yup jalan batu itu melewatu jembatan. Yang menjadi masalah di jembatan itu ada sesosok ularsebesat batang kelapa berwarna hitan kelam melingkar di sana menutupi jalan.



"Dik, ada ular gede banget tu, gimana?"



"Ya gimana mas, mau gak mau kesana"



"Iya, kayaknya ini juga ular gaib, kita tanyain aja langsung ke dia, mungkin bisa ngasih jalan dikit"



Keduanya mendatangi ular tersebut. ternyata mereka berdua mendengar suara merintih dan menangis dari ular tersebut.



Pram yang sekarang udah gak ketakutan (la ular kok bisa merintih dan menangis, pasti ular siluman tu)



"Mbah Ulo, Nopo mbah kok nangis"

(mbah ular, kenapa kok nangis)



"Mbah Mbah gundulmu kui, aku ki isik enom"

(mbah mbah kepalamu, aku masih muda)



"Yo Nyuwun pangapurane kang. Tak celuk kang yo. Mang ngopo kang kok nangis?"

(ya minta maaf, aku panggil kang aja ya. Kenapa kang kok nangis)



"Aku dijaluki watu jodo biru abang, nek ra iso aku aku ra di kei restu karo calon mertuo"

(aku dimintai batu jodoh biru merah, kalau gak bisa gak akan direstui calon mertua)



"Watune koyo opo kang"

(batunya kayak apa kang)



"Watu loro, abang karo biru. aku rangerti nandi le golek. Jarene nek dicerakke watu loro kui murup  warnane dari abang jambu"

(batu dua biji, merah biru, aku gak tahudimana nyarinya. katanya kalau dideketin batu dua itu jadi merah jambu)



Pram dan Yuda saling pandang. Spontanmereka ngeluarin baru yang mereka dapat dari perjalanan dan tiba tiba ada semburat warna merah jambu keluar dari campuran warna kedua batu itu. Ular hitam gede mengerikan tiba tiba bergerak.



"Kui watune"

(itu batunya)



Pram terkejut dan demikian juga Yuda. Mereka mundur kebelakan takut ular itu melumat mereka guna merampas batu tersebut. Tapi yang lebih ditakutin jika mereka melumat pasangan mereka

Yuda takut Pram diapa apain, demikian juga sebaliknya



"Aku njaluk tulung, wenehke aku watu kui. Aku tresno banget karo Nyai Kembangan. Aku ra iso urip tanpo deweke"

(aku minta tolong, kasih ke aku batu itu, aku cinta nyai Kembanyan, aku gak bisa hidup tanpa dia)



Ular hitam itu meletakkan kepalanya ditanah, seperti memohon dengan sangat.



"Njalukmu opo takwenehi, Emas Rojo Brono tak kei. Neng watu kui go aku yo"

(minta apa aj kkukasih, emas dan kekayaan. Tapi batunya buat aku)



Yuda ma Pram saling pndang. Mereka seperti sepakat, dari hati mereka.

Mereka berdua meletakkan dua batu itu didepan ular itu.



"Aku ra pengen opo opo, mugo mugo iki iso dadi syarat kanggo mbangun bebrayan. Mugo mugo dadi keluarg seng apek" Kata Yuda.

(aku gak pengen apa apa, semoga bisa membangun keluarda dan jadi keluarga bahagia)



"Iyo, neng nek nek iso aku njaluk tulung, carane mbalek ke alamku piye yo?" Timpal Pram .

(tapi kalao bisa minta tolong, keluar dari alam ini gimana ya)



Ular hitam itu mengambil batu itu, lalu bilang

"terus wae dalan iki, memtok ono warung. Pesen wedang uwoh karo sing dodol"

(terus aja jalan ini, mentok ada warung. Pesen wedang uwoh ama yang jual"

*wedang uwoh=sejenis minuman herbal dari batang secang yg diserut dan beberapa bahan lain



"Maturnuwon kang"







Tiba tiba ular tersebut hilang. kaget juga uler hitam segede gitu (ada deh sebesar batang kelapa) tiba tiba hilang didepan mata mereka. Tapi ya sudah, gak kaget lagi. Mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di ujung jalan batu. Ada sebuah warung sama persis ketika mereka mau masuk ke alam aneh ini dulu.



"Bade dahar nopo mas?"

(mau makan apa mas)



"Ngunjuk wedang uwoh mawon mbah, kalih gih"

(minum wedang uwoh aja mbah, dua ya?



Akhirya minuman pun tiba. saling pandang dan mengangguk mereka lalu minum minuman di depan mereka

Dan tiba tiba gelap dan gelap. Kilatan cahaya ada dimana mana





"Mas tangi mas"

(mas bangun mas)



Ternyata Yuda dan Bram bibangunkan bapak bapak yang tadi siang ketemu mereka. Mereka ditemukan di pinggir jalan di sebuah pohon tua yang tumbang.



"Nopo kok tilem ten kiri, lungkrah nopo?"

(ngapain tidur disini, capek ya)



Yuda ma Pram bingung. Tapi seneng akhirnya kembali ke dunia mereka semuala

"Inggih pak, niki bade wangsul mawon" kata Yuda.

(Iya pak, ini mau pulang aja)



"Ati ati gih mas"

(Ati ati ya mas)



"Monggo pak" Kata Yuda



Yuda akhirnya pulang dan Pram diboncengin Yuda. Dalam perjalanan pulang Pram peluk Yuda dengan erat. Dengan  satu senang tangan Yuda memegang tangan Pram yang ditangannya.

Tiba tiba ada cahaya merah jambu. Yuda terkejut langsung menghantikan motornya.



"Kenapa mas" Kata Pram

"Lihat tanganmu dik?"



Pram menjulurkan tangannya dan baru sadar ternyata ada cincin di jari manisnya.  Yuda melakukan hal yang sama, dan ternyata ada cincin disana. Cincin yang sama dengan motif ukiran ular. Bedanya Batu yang ada di cincin Yuda berwarna Biru, sedang di tangan Pram berwarna merah.



Saling pandang mereka



"Itu beneran kejadian ya mas?"



Yuda mengingat semua kejadian aneh di alam yang gak tahu itu. Langsung dipeluk Pram dan bilang



"I love you dik, Aku gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi"

"Sama mas"



Tamat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket