Selasa, 01 Mei 2012

Luka, Part 27

Part 27
Aku lagi duduk dan Alan sedang duduk disisiku, Jeremy lagi keluar, jadi aku berdua sama Alan di ruang tengah. Mang Hadi juga lagi keluar buat belanja keperluan rumah.
“Kemaren Adik gak nakal kan?” kataku
“Enggak dong mas”
“Kemana aja kemaren? Pasti senang senang ya?”
“Kemana ya?, kata kak Jeremy gak boleh bilang sama mas Roni”
“Pasti jajan ya?”
“Iya, beli coklat dan es krim. Juga permen. Juga jajan bakso”
“Banyak amat adikku sayang, tapi gak apa apa kok” kataku
“Makasih ya mas”
“Cuma itu aja dik?Gak ada yang lain?”
“Oh ya kemaren juga sempat ngobrol juga sama kakeknya kak Jeremy”
“Ngobrol apaan?
“Ya ngobrol aja namanya siapa dan darimana, Alan nakal gak? Gitu doang. Yang banyak ngobrol kak Jeremy, aku kan cuma ikut ikutan kak Jeremy aja. Bahasanya aku gak ngerti”
“Ow, iya mas ngerti kok, bahasa anah kan?”
“Alan senang gak di sini?” kataku
“Senang, kan sama mas Roni”
“Mas juga senang ada didekat kamu, mas kangen” kataku memeluknya dan mencium pipinya
“Ada apa ni kok pagi pagi udah cium cium pipi Alan” tiba tiba Jeremy sudah masuk. Dia membawa bubur ayam
“Gak apa apa sayang, terimakasih ya kemaren sore sudah menjaganya. Dan juga terimakasih buat jajanin dia macem macem kemaren” kataku sinis
“Alan, kok mas Roni bisa tahu” kata Jeremy
“Tahulah aku, mana bisa adikku berbohong padaku, bukan dia yang bilang tapi aku yang nebak”
“Iya iya, kamu gak marah kan?”
“Enggaklah, aku sudah tahu akan terjadi kok. Gak apa apa, wajar kok menurutku”
“Makasih honey”
“Tu mas Roni gak marah kan” kata Jeremy memeluk dan mencium pipi Alan
“Iya, nanti beliin lagi ya, es krim yang kemaren enak. Juga baksonya” kata Allan
“Alannnnnnnnnnn, gak sopan ah” kataku
“Boleh gak kak” kata Alan pada Jeremy
“Tentu saja adikku manis”
“Terserah kalian aja deh, tapi aku dibagi ya” kataku
“Hahahahha, ternyata mas Roni mau tu”
“Ya iyalah aku mau”
“Hahahah, udah ah, makan dulu yuk. Tadi aku beli bubur di depan, nanti keburu dingin”
Dan pagi itu kami bertiga sarapan bubur. Setelah sarapan kami bertiga dkembali duduk duduk sambil nonton tv.
“Sayang, kemaren ngapain kok Alan diajak cam cam an sama kakekmu”
“Ow itu, aku kan lagi mau membahas masalah kemaren Honey, nah Alan tiba tiba muncul dan kakek tertarik padanya”
“Tertarik?”
“Iya, dia tertarik pada adikmu, jadi ingin kenalan”
“Ada ada aja, tapi jangan bilang kakekmu ingin adikku ya atau mau beli adikku, aku gak akan kasih”
“Hahahhaha, kamu ada ada honey, ya gak lah”
“Oh ya, aku baru perhatiin ternyata kalung yang dipakai Alan liontinnya mirip ya dengan yang ada di tanganmu
“Iya, sebenarnya ini ada kalungnya, tapi dari emas, jadinya aku gak mau pake, makanya ini kujadikan aksesoris di gelang saja. Aku dan Alan punya yang sama, emang kenapa”
“Kok bisa sama, kayaknya bersejarah tu”
“Gak tahu juga, aku cuma dikasih emak kok. Karena bagus dan sepasang makanya aku dan Alan yang pake, kata emak aku mirip dengan Alan”
“Iya kan, memang mirip, kemaren kakek tertarik pada liontin itu”
“Emang kenapa liontin itu?”
“Gak tahu pastinya, tapi kayaknya barang antik tu, mau dibayar mahal katanya”
“Enak aja, itu tanda buat aku dan Alan selamanya sebagai kakak adik, gak bisa dipisahkan”
“Iya iya, Alan juga kemaren gak mau kok”
“Adikku memang hebat”
“Kakak Adik memang hebat. Oh ya honey, aku semalam telepon emak lo”
“ngapain?”
“Ya ngabarin Alan baik baik saja, beliau nanyain kamu nakal gak?”
“Jangan ngadu yang enggak enggak ya”
“Cium dulu, nanti aku bilangin kamu anak baik”
“Dasar pemerasan” kataku
“Boleh kan mas Roni nyium kakak dik” kata Jeremy pada Alan
“Boleh boleh”
“Minta dukungan anak kecil lagi” kataku
Akhirnya aku cium pipinya. Aku juga cium pipi dan kening Alan. Tapi kayaknya masih kurang akhirnya aku cium bibir Jeremy hehehehhe.
“Alan mau dong mas dicium bibirnya” kata alan tiba tiba
“Gak boleh adikku tersayang, hanya kak jeremy yang boleh” kataku mencium pipinya
“kenapa? Berarti mas Roni gak sayang pada Alan ya?” katanya cemberut
Waduh gimana ni jawabnya, aku bingung dan garuk garuk kepalaku yang gak gatal. Jeremy cekikikan dan menganggap yang terjadi adalah sebuah lelucon.
“Karana kak Jeremy bukan adik kakak, kalau adik hanya boleh dipipi, kalau kak Jeremy boleh dibibir”
“Emang kak Jeremy apanya kakak?”
“Teman hidup kakak” kataku akhirnya
“Ya udah kalau  gitu, tapi mas tetap sayang sama Alan kan?”
“Itu pasti, Alan bagi mas Roni gak ada yang menggantikan”
“Kalau kak Jeremy sayang Alan gak”
“Sayang dong, sekarang Alan mau apa?”
“Mau jalan jalan”
“OK, kita jalan. Ron kita jalan yuk, sekalian beli baju buat Alan. Besok kan mau ikut”
“Emang harus ya?”
“Iya, wajib” katanya
“Ya sudahlah, ayo kita berangkat” kataku
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahirnya kami berdua pergi ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar, aku sih ikut saja. Langsung kami menuju ke salah satu toko dan dia memilihkan Jas buatku.
“Gak perlu sayang beli ginian segala buatku, untuk apa juga? Gak perlu perlu juga kan? ” kataku
“Besok semua memakai pakaiannya resmi honey, masak kamu beda sendiri sih”
“Tapi ini bukan aku, bukan gayaku”
“Nurut aja deh”
“Iya iya” kataku pasrah
“Gitu dong dari tadi gak usah bawel”
Begitu juga dengan Alan. Dia dibelikan baju yang formal juga, jasnya berwarna putih dan celana putih. Sangat cocok dengan dia, ketika dicoba dia makin ganteng saja.
“Alan difoto dulu ya pakai Jas nya”
“Iya kak, Alan ganteng gak kak”
“Ganteng dong, adik kak Jeremy gitu lo”
“Dan adik mas Roni juga” katanya
Aku bangga Alan berkata seperti itu. Hehehehhehe. Adikku ternyata gak melupakan aku.
“Honey, kamu sama Alan poto bareng dong”
“Buat apaan?”
“Gak usah ngeyel deh, cepetan cepetan”
Akhirnya aku poto berdua sama Alan, ada beberapa pose dan yang terakhir aku gendoong dia dan kucium pipinya. Setelah selesai dan dibayar (semuanya dibayarin Jeremy, sebenarnya gak enak juga tapi kalau bayar sendiri mana mampu}. Kemudian kami akan makan siang disebuah resto besar dan katanya ini salah satu milik Jeremy (milik mamanya dulu).
“Honey kamu masuk duluan ya, nanti aku nyusul, aku ada yang ketinggalan tadi di tempat jas. Bilang aja kamu temannya Jeremy, tadi aku sudah pesan tempat kok”
“Ya udah deh” kataku
Jeremy pergi dan aku langkahkan kakiku bersama Alan, gila ni aku jadi gugup, terus terang masuk restoran kayak gini aku jadi grogi. Didepan resepsionis aku segera bilang
“Selamat siang mbak, aku temannya jeremy, katanya sudah ada tempat”
“Jeremy siapa ya”
“Jeremy, katanya sudah mesan tempat, aku disuruh nunggu didalam”
Kemudian dia masuk kedalam dan datang seorang bapak bapak
“Maaf dik, adik sudah pesan tempat?”
“Aku belum pak, Jeremy yang sudah katanya”
“Gak bisa masuk dik kalau belum pesan tempat, ditunggu aja ya temannya”
“Baiklah pak kalau gitu”
Aku segera keluar, dan aku dengar bisik bisik mereka, kayaknya gak percaya atau mencemooh aku, aku jadi males makan dan nunggu disini.
“Mas laper, katanya disuruh makan disini, kok gak boleh masuk” kata Alan
“Kita makan di tempat lain saja ya?”
“Karena kita gak punya duit ya mas?”
Aku lalu memeluk adikku, aku sangat sedih mendengar kata katanya, dan memang benar aku gak memiliki uang dan untuk bayar makanan disana aku belum tentu mampu.
“Kita makan di atas aja yuk dik, mau makan nasi goreng gak”
“Mau mas”
“Ya udah kita makan sepiring berdua aja ya”
“Iya”
Kita kemudian ke foodcourt, aku pesan nasi goreng dan soto ayam. Minumnya dua gelas es teh manis. Rasanya menyegarkan. Untung tadi bawa uang walau gak seberapa, ini juga milih yang gak mahal mahal amat.
“Makannya jangan belepotan gitu dong dik”
“Habisnya”
“Ya udah mas suapin sini, mau soto juga gak”
“Mau mau”
Akhirnya aku suapin adikku, hampir habis nasi goreng dan soto masuk kedalam perutnya, aku sangat senang melihatnya. Aku gak merasa lapar melihatnya seperti ini, aku bahagia banget bisa melakukan sesuatu untuknya. Tiba tiba HP u berbunyi, ada panggilan.
“Honey, kamu dimana, aku masuk kok kamu gak ada”
“Aku di foodcourt sayang, lama nungguin kamu jadi kami nunggu disini aja dan Alan sudah lapar, makanya pesan disini saja. Ini lagi nyuapin Alan”
“Yasudah aku kesana, jangan kemana mana ya”
Gak beberapa lama muncul Jeremy sambil membawa bungkusan, kayaknya dia juga beli baju atau apa gitu
“Kok gak nunggu. Kan aku sudah bilang nunggu disana” katanya ketus
“Gak apa apa kok, habisnya Alan laper”
“Alan sama kak Roni gak boleh masuk” kata Alan tiba tiba
“Masak sih, iya bener Ron?”
“Gak kok”
“Jangan bohong kamu”
“Gak kok, aku cuma disuruh nunggu kamu saja kok, tapi karena lama dan Alan sudah lapar ya kuputuskan makan disini saja”
“Alan masih lapar gak, kita makan disana yuk” kata Jeremy
“Gak mau, Tadi sudah ngusir mas Roni, ngapain makan disitu. Alan gak mau makan disana” katanya ketus
“Alan jangan marah marah gitu dong, maaf ya sayang”
Tapi Jeremy gak memperhatikan aku, ia lebih konsen ke kalimat yang keluar dari mulut Alan.
“Alan sayang, adik jangan marah dong”
“Alan gak marah kok”
“Ya sudah kalau gak marah kita makan disana yuk”
“Gak mau, Alan sudah kenyang. Mahal mahal kali disana jadi kita gak boleh masuk, kita kan gak punya uang”
Aku bingung darimana perbendaharaan dan logika dia sampai seperti itu, anak kecil gak mungkin seperti itu jalan pemikirannya.
“Dik, kok ngomong kayak gitu, gak boleh ngomong gitu” kataku
“Alan sudah tahu kok mas, Alan juga sering gak boleh masuk karena gak punya uang, jadi Alan ngerti alasan kalau kita gak boleh masuk”
Jeremy langsung duduk disamping Alan dan memeluknya, dia dudukkan di pangkuannya
“Adikku jangan sedih ya, akan kakak marahi yang membuat kamu sedih”
“Gak usah kak, nanti kakak yang kena marah, Alan gak apa apa kok, sudah biasa”
Jeremy hanya mencium kepalanya.
“Maafkan aku sayang, jadinya kayak gini, mungkin kalau kamu punya orang yang lebih kaya mungkin kamu gak malu kayak gini” katakku
“Sudahlah, kita pulang saja ya honey, kita makan dirumah saja, maafin aku ya”
“Gak kok sayang, aku yang harusnya minta maaf”
Karena suasana jadi gak enak gini akhirnya kami langsung balik kerumah, Dirumah kami langsung makan, mang Hadi ternyata sudah menyediakan makan siang, aku lahap memakan makan siangku. Setelah itu Alan tidur dan aku duduk duduk bersama Jeremy si depan TV.
“Sayang………………..”
“Apa?”
“Maaf ya, maafkan aku” kataku
“Kenapa ngomong kayak gitu honey”
“Kadang aku merasa gak layak berada disisimu, aku hanya menurunkan derajatmu dan hanya membuatmu malu saja sayang”kataku
“I love you honey”
Aku hanya memeluknya dan aku gak tahu kenapa menangis dalam dekapannya. Dia mengelus elus punggungku.
“Jangan nangis honey, aku jadi sedih. Aku gak rela kamu jadi nangis kayak gini”
Aku hanya terdiamdalam pelukannya dan setelah beberapa saat dan hatikuku lega aku tersenyum padanya.
“Gak apa apa sayang, maaf ya aku cengeng gini, aku sedih melihat Alan tadi, aku gak menyangka dia terluka kayak gitu, kalau cuma aku, aku masih bisa menerima, tapi aku gak rela kalau itu terjadi sama Adikku”
“Iya I know, aku janji gak akan kejadian seperti ini lagi. Aku janji Alan gak akan diremehkan dan direndahkan orang lagi”
“Aku percaya padamu sayang, makasih ya” kataku, walau aku ragu dengan kenyataannya nanti.
Udah sore ni ternyata dan aku harus kerja. Aku gak mau telat apalagi bolos, bisa gak ada duit nanti heheheheh.
“Sayang aku kerja dulu ya, tolong jagain Alan” kataku
“Iya honey, aku antar ya?”
“gak usah”
“Kali ini harus, aku sayang dan cinta kamu Ron”
“Aku tahu dan aku berterimakasih. Baiklah kalau begitu, ayo berangkat biar gak telat” kataku
“Ganti baju dulu ah biar ganteng” katanya
“Udah ah, gak usah berlebihan, gini aja cukup kok, nanti malah dibilang ngeceng apa mau kerja”
“Biarin aja deh, harus terkesan modis dan enak dipandang mata. Gantengnya harus ditonjolin dong, pacar Jeremy gitu” katanya
“Ogah ah” kataku merajuk
“Wajib, sini aku caariin pakaian yang pantas” katanya tanpa bisa dilawan
Akhirnya pasrah, aku bingung ini mau kerja atau ngeceng, tapi gak apa apa deh demi pacar tersayangku aku mau mau saja mengikuti kemauannya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi pagi buta sudah dibangunin oleh Jeremy, sebenarnya hari ini ada kuiah jam 9, tapi aku diminta bolos dulu hari ini, Sony juga bolos katanya. Pagi pagi sudah disuruh mandi dan kulihat mang Hadi sudah sibuk menyiapkan makanan buat sarapan.
“Honey, kamu siap siap ya, kamu jangan kaget nanti” katanya. Kita seperti biasa sedang duduk di sofa kamar tengah. Alan masih tidur nyenyak.
“Emang sebenarnya acara apaan sih?”
“Kan sudah kubilang ada acara pertemuan keluarga, Sony kayaknya sudah bilang semua ke kakek dan kakek marah besar dan dia konfirm ke aku apakah yang dikatakan Sony benar. Aku akhirnya terus terang semua, jadi kakek mengumpulkan semua anggauta keluarga dan diadakan pertemuan ini”
“Tapi apa aku penting, hingga harus  ikut ikut segala”
“Penting dong, Alan juga penting”
“Memang kenapa?”
“Kan kamu adalah pacarku, kan nanti bisa adikenalin ke semua”
“Jangan bercanda ah, serius dong”
“Santai aja honey, be relax, semua baik baik saja. Mungkin akan ada kejutan nanti”
“Kejutan apaan?”
“Namanya kejutan ya kalau dibilang sekarang bukan kejutan namanya”
“Jangan bilang kamu akan ngelamar aku disana ya?”
“Hmmmm, nice idea. Kayaknya ide bagus tu dan perlu dipertimbangkan buat dilakuin”
“Jangan bercanda, kalau mau melamar aku harus ada saksinya dari pihakku”
“Gimana kalau emak diundang juga”
“Huuuuft, dasar stress, punya pacar kok stress kayak kamu. Bilang dong ada apa?”
“Ada makan makan tentunya, banyak makanan nganggur disana”
“Beneran ni? Gratis kan?” kataku
“Iya honey, buatmu grati s”
“Oh ya honey, aku boleh nanya gak?” lanjutnya
“Apaan?”
“Nama ayahmu siapa sih”
“Kalau gak salah sih Muhammad Yanuar, kenapa emangnya?”
“Hehehehehehe, pengen tahu aja namanya, kan itu mertua ku”
“Sarap deh ah”
“Eh honey, kamu pernah denger nama Kim gak?”
“Kim? Kim apaan, kimoceng?”
“Serius ni, pernah dengar gak”
“Kayaknya sih tapi dulu dan aku dah lupa apaan itu”
“Ow, ya sudah deh, ayo kita bangunin Alan, jam 8 kita berangkat”
“Bukannya acaranya jam 11, ngapain datang cepat cepat”
“Honey, jangan datang telat deh. Udah sana kamu bangunin Alan dan mandiin dia yang bersih, lalu pakain parfum yang aku beliin kemaren”
“Memang kenapa harus tampil wangi  segala sih?”
“Kamu tuh tanya tanya mulu ya kerjaannya, sana cepetan nanti telat”
“Iya iya sayang”
“Love you honey”
“Love you too sayang”
Waktu baru menunjukkan jam setengah tujuh, untung hari ini gak ada acara lari pagi segala jadi gak ada keringatan dulu dan mandinya telat. Sebenarnya kangen juga lari pagi, kyaknya ada yang kurang kalau gak dilakuin. Entah dari kapan aku jadi hobi dan ketagihan. Sampai kamar Alan kulihat sudah bangun, tapi masih ditempat tidur.
“Bangun dulu adikku sayang”
“Iya mas, udah bangun dari tadi, tapi bubu lagi”
“Udah mandi dulu yuk”
“Mandiin ya mas”
“Iya”
Aku segera ke kamar mandi dan hidupin shower air hangat, aku mandiin Alan. Asik juga karena sudah lama aku gak mandiin dia. Bajuku ikut basah. Setelah selesai mandi segera kami berganti pakaian. Belum pakai jas, baru pakai baju formal, nanti tinggal dipakai jasnya. Alan benar benar ganteng, wajahnya yang putih, lucu dan imut sangat mempesona.
“Adik mas ganteng banget sih” kataku
“Mas jug ganteng”
“Gantengan Alan deh, mas jadi iri”
“Gantengan mas ah hehehehhehe”
“Dik, kemaren sore gak nakal kan?”
“Enggak mas, kemarin ngobrol lagi ma kakeknya kak Jeremi lewat komputer”
“Ngobrol apa aja”
“Dia pengen lihat kalungku, sampai dipoto poto segala oleh kak Jeremy”
“Ow, Jeremy sudah bilang kok, kamu jangan mau ya kalau kalung itu mau dibeli, itu hanya kita berdua yang punya”
“Iya mas”
“Okedeh, sekarang sudah rapi, keluar yuk sarapan dulu”
Aku dan Alan segera keluar dan di meja makan sudah  Jeremy sudah menunggu kita. Langsung sarapan dan setelah itu kami menuju hotel. Semuanya sudah berpakaian rapi. Kali ini Jeremy gak nyetir, ada sopir yang mengantar kami. Alan duduk dipangku Jeremy.
“Honey, jangan gugup ya”
“Gugup pastinya, disana ada siapa saja?”
“Ada keluarga semua, papa dan perempuan itu juga ada, lalu ada semua pihak yang mengurus bisnis yang selama ini ditinggalkan mama. Juga keluarga kakek dari Singapure semua datang”
“Aku takut kalau bertemu tante Tasya”
“Gak perlu ditakutkan, kita menemui kakek dulu. Langsung menemui dia setelah kita sampai”
“Emang ada apa?”
“Dia ingin bicara pada Alan dan kamu”
“Emang ada apa?”
“kejutan buatmu honey dan juga buat Alan”
“Gak asik ah”
“Hahahahhahahahaha, Alan, Alan mau gak makan makan di hotel”
“Mau, tapi sama mas Roni ya”
“Iya, Alan ingat gak cita cita Alan?”
“Iya kak”
“Nah dengan ini pasti bisa terkabul”
“Maksudmu apasih sayang?”
“Lihat aja nanti”
Semoga Jeremy gak nekat mau ngejual Alan ke kakeknya (Pemikiran ngawur ah, tapi bisa aja kan kalau kakeknya suka sama Alan), atau jangan sampai Alan dijadiin anak angkat olehnya. Kalau begitu kan memang benar cita citanya akan tercapai, tapi aku gak rela kalau begitu. Dan saja semoga aku gak dipermalukan dengan dilamar didepan umum (mau sih sebenarnya tapi maluuuuuuuuuuuuuuuuuuuu).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami sampai di sebuah hotel, gede banget hotel ini dan menurut Jeremy ini hotel terbesar di kota ini. Jeremy langsung menyuruhku dan Alan keluar, kemudian kami berdua mengikutinya.
“Honey, kita ketemu kakek dulu ya”
“Iya sayang, terserah kamu”
“Alan jangan takut ya, gak ada yang menakutkan, menyenangkan malahan. Nanti juga banyak makanan”
“Iya kak, Alan gak takut kok”
“Bagus, itu baru adik kak Jeremy”
Kami menuju resepsionis dan Jeremy menanyakan kamar kakeknya, setelah diberitahu kami menuju kesana, ada dilantai atas kayaknya. Aku ikut aja pokoknya, gak mau jauh jauh dari Jeremy.
“Sayang, semuanya sudah datang ya”
“Maksudnya”
“Sony dan semuanya”
“Gak tahu juga, nanti kali datangnya setelah mau acara berlangsung”
“Owwww, kirain datang sekarang mereka”
“Ayo segera temui kakek”
“Iya, grogi ni”

Kami kemudian menuju sebuah kamar, mengetuk pintu dan pintu dibuka dari dalam. Ada seorang laki laki setengah baya membukakan pintu. Lalu ngomong dalam bahasa yang aku gak ngerti.
“Ron ayo masuk”
Dan kami bertiga masuk kedalam ruangan, di dalam ruangan ada beberapa orang lain selain lelaki tadi.
“Kakek” kata jeremy dam memeluk seseorang yang kukira adalah kakeknya
“Gimana keadaanmu Jer?”
“Fine, ini aku bawa Roni dan Alan”
Tiba tiba ada seseorang lain lagi, umurnya sudah tua, setara sama kakeknya Rony. Dia memelukku dan kemudian memeluk Alan. Aku kaget setengah mati kenapa dia memelukku gitu, ada air mata di matanya. Kenapa juga dia menangis. Alan ketakutan dan dia memelukku. Kemudian kakek itu memelukku kembali.
“jangan terkejut Ron, dia kakekmu, dia ayah dari bapakmu”
Aku terkejut dan jantungku hampir copot mendengar hal itu
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jeremy Side (2 Hari yang lalu)
Aku ceritakan semua yang terjadi pada Sony dan dia benar benar marah, dia merasa dibohongi selama ini, dia ingin membalas dendam pada perempuan itu dan papa. Tapi aku berusaha menenangkan dia, gak ada gunanya dan akam merugikan diri sendiri kalau Sony berbuat yang terburu buru dan gak dipikirkan. Aku peluk dia, aku jadi ingat waktu dulu ketika dia masih kecil, aku sangat senang memeluknya. Itu dulu, sekarang kami berdua canggung dan sudah gak melakukan itu lagi. Dan lagi aku meninggalkan dia sudah lama sekali.
Setelah dia tenang dia pamit balik, aku bilang jangan berbuat yang enggak enggak dan ia mengiyakan. Aku segera kekamar dan kutemukan Alan sudah terbangun. Lucu banget adik Roni ini, aku sangat gemas padanya, aku dah anggap adik sendiri. Pertama ketemu dengannya aku sudah sayang padanya, wajahnya mirip banget dengan Roni, Cuma dia kulitnya lebih putih (sangat putih) dan matanya gak belo kayak Roni, tapi malah cenderung sipit dengan pipi yang kemerahan. Menggemaskan pokoknya.
Aku senang sekali padanya, rasanya aku kembali punya adik yang bisa aku perhatiin dan bisa kucurahkan kasih sayang dan perhatiannku padanya.
“Bangun dik”
“Iya kak, mas Roni dimana?”
Bangun bangun yang ditanyain Rony, ternyata anak ini benar benar sayang banget sama kakaknya itu, aku jadi sedikit iri padanya.
“Mas Roni lagi kerja, bangun dulu yuk, mandi lalu makan dulu”
“Iya kak”
“Kakak mandiin ya”
“Iya, sekalian kakak mandi juga ya, mandi bareng bareng”
Akhirnya kami berdua mandi bersama dalam bath tub, main main busa sabun, aku sangat rindu mandi seperti ini, bisa bercanda dan ketawa tawa, aku jadi ingat dulu dengan Sony seperti ini, sebelum kejadian tragedi itu terjadi. Setelah selesai kami kemudian berpakaian. Tiba tiba ada telpon dari kakek dan dia pengen ngomong dengan aku, ya sudah lebih baik pake cam lewat internet di skypy.
Setelah menyalakan lapton aku segera online dan terhubung dengan kakek.
“Jer, Apa benar semua yang dikatakan Sony”
Aku terkejut, ternyata Sony secara frontal langsung mengadu pada kakek, kalau sudah begini aku gak bisa menyembunyikan apa apa lagi.
“Iya kek, semuanya benar”
“Jadi mamamu meninggal karena melihat papamu dan Tasya selingkuh dirumahmu”
“Iya kek, maafin Jeremy gak bilang”
“Aku sudah curiga dari dulu”
“Lalu gimana kek”
“Kamu harus ambil semua peninggalan mamamu”
“Sudah kek, aku sudah ambil alih semua bisnis peninggalan mama, aku juga gak rela jatuh ketangan perempuan itu”
“Itu bagus sebagai permulaan, kalau begitu kakek akan adakan pertemuan keluarga 2 hari lagi”
“Terserah kakek deh” kataku
“Kakak, haus pengen minum” tiba tiba Alan merengek
“Itu siapa Jer”
“Adiknya temenku kek, aku tinggal sebentar ya kek buat mengambilkan minum”
Aku segera ke dapur dan mengambilkan susu kemasan yang memang aku sediakan buat Alan, aku tuang kedalam gelas susu rasa strawbery dan aku balik ke kamar.
“Alan ganteng, ini diminum ya”
“Makasih kakak” katanyaa dan mencium pipiku
“Hallo kek, maaf ya aku tadi tinggal”
“Jer, anak itu mirip seseorang dan aku kenal baik”
“Masak sih kek”
“Tadi aku lihat sekilas anak itu sekilas kalung, bisa lihat gak?”
“Dik, kesini dong, lihat kalungnya” kataku pada Alan
Alan mendekat dan aku lihat kalungnya dan aku lihatin ke kamera, kakek seharusnya bisa melihat dengan jelas”
“Jer, coba kamu cari tahu apakah ayahnya bernama Yanuar Kim dan aku minta kamu kirim foto anak itu. Kamu juga bilang dia punya kakak kan?”
“iya, mirip sekali sama dia tapi dia agak hitam”
“Aku minta kirim poto keduanya ya, kamu ada foto ayah mereka gak”
“Kayaknya ada kek”
“Semua kirim ke kakek ya, penting”
“Emang ada apa?”
“Aku rasa mereka cucunya paman Kim, kamu kenal kan?”
“Iya kek aku cari tahu nanti dan aku kirim segera fotonya”
“Ya sudah aku tunggu ya dan ingat 2 hari lagi pertemuan keluarga, kamu harus datang”
Setelah itu sambungan terputus dan aku sekarang malah dapat tugas dari kakek. Segera aku scan poto ayahnya Roni dan kukirim bersama foto foto Roni dan Alan. Semoga kakek tidak salah, tapi maak sih dia cucu paman Kim.
“Alan, laper gak?”
“Laper kak, beliin bakso ya?”
“Iya adikku manis. Oh ya, Alan ada nomor telpon emak gak?”
“Emak gak ada telpon kak, kak Hanum ada”
“Tahu nomornya”
“Ada ni, Alan catat karena disuruh emak”
“Aku minta ya, aku pengen ngomong ke emak, boleh gak kakak jajanin bakso”
“Iya kak”
Segera aku hubungi Hanum setelah mendapatkan nomor telponnya, aku minta mang Hadi nemani Alan dulu nonton kartun di kamar depan sedang aku dikamar menelon Hanum. Setelah tersambung aku ingin bicara dengan emak.
“Hallo mak apa kabar”
“Baik, Alan dan Roni baik kan, gak nyusahin kan?”
“Enggak mak, mak aku boleh nanya gak mak, tapi Jeremy minta maaf dulu”
“Iya ada apa ya nak”
“Pengen tahu namanya ayah Alan dan Roni siapa ya mak”
“Oh itu, gak apa apa, namanya Muhammad Yanuar nak”
“Boleh nanya lagi gak mak?”
“Apa nak?”
“Kalau Yanuar Kim emak kenal gak?”
“Darimana kamu tahu nama itu nak, itu nama Ayahnya Roni sebelum menikah denganku.”
“Ow, ya cuma nebak nebak aja kok mak, Roni pernah ngigau gitu (bohong lo ya), ya udah terimakasih ya mak. Oh ya Alan minta dijajanin bakso mak, boleh gak?”
“Gak apa apa tapi jangan bilang bilang Roni ya, dia sering cerewet orangnya”
“Makasih ya mak, ni aku mau jalan”
Akhirnya aku SMS kakek dan bilang memang namanya Yanuar Kim dan kata kakek, Paman Kim akan langsung menemui mereka. Aku tanya sebenarnya ada apa antara paman kim dan ayahnya Roni kok bisa berpisah tapi dijawab itu urusan keluarga mereka. Aku harus mempersiapkan semua, aku harus ajak Roni dan Alan ketemu paman Kim. Kalau beneran mereka cucu paman Kim berarti mereka akan berubah hidupnya karena paman Kim ornagnya lebih berpengaruh dari kakek dan usahanya jauh lebih besar, aku malah yang minder nantinya. Semoga Roni gak berubah kalau tahu dia adalah cucu orang kaya.
Dan akhirnya tiba saatnya Paman Kin bertemu dengan Roni dan Alan, dan aku sangat terharu melihat paman Kim begitu bahagia. Aku juga tahu Roni terkejut, apalagi Alan yang ketakutan. Wajarlah dipeluk gitu sama orang yang gak dikenalnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kakeknya Jeremy akhirnya meminta kami semua duduk dan dia menceritakan semuanya. Ternyata dia adalah ayahnya bapak, dan dulu bapak tidak disetujui menjadi guru dan berselisih pendapat dengan kakek. Kemudian kakek lebih  marah lagi ketika bapak mau menikah dengan perempuan yang dikenalnya dan akhirnya mereka putus hubungan. Kakek sangat mencintai bapak sebenarnya, tapi karena perselisihan itu jadi renggang. Dan bapak tidak ada kabarnya, tapi ada yang bilang sudah meninggal tapi tidak tahu dimana dimakamkan, kemudian kakek mencari istri dan anak anak bapak tapi sampai sekarang gak ketemu. Kemaren tanpa sengaja kakek Jeremy melihat Alan dan mengingatkan pada bapak ketika masih kecil karena mirip sekali. Dan setelah melihat
 Kalung yang dipakainya serta info dari Jeremy dari emak, kakek yakin memang kami cucunya.
“Alan, itu kakek Alan yang sebenarnya, dia ayahnya bapak” kata Jeremy
“Benarkah mas”
“Iya dik, kamu sungkem dulu sana sama kakek”
Alan kemudian mendekati kakek dan mencium tangannya, kakek kemudian memeluknya dan memangkunya. Aku gak tahu mungkin memang karena ada darah yang sama Alan nyaman dipangkuannya. Kemudian kami ngobrol panjang lebar dan akhirnya diputuskan nanti sore akan menemui emak dan adik yang lain.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Epilog (2 tahun kemudian)
“Sayang, cepetan dikit dong, aku pengen segera ketemu emak”
“Iya honey, Alan kok gak diajak ni”
“Alan sedang ada urusan sama kakek, sebenarnya ingin ikut tapi gak tahu tu dia putuskan untuk ikut bisnis kakek, Anak kecil sudah pengen bisnis, tapi kakek malah senang tu”
“Ya sudah, ayo”
Kami baru keluar dari bandara dan sudah dijemput adik adikku dan emak, Aku langsung mencium tangannya dan memeluk adik adkikku. Jeremy ikut mencium tangan emak.
“Mak dapat salam dari Alan, bulan depan kayaknya dia baru bisa balik”
“Iya mak ngerti, kamu harus jaga dia ya Ron, ingatkan jangan luba ibadah”
“Iya mak tentu, gimana disini mak”
“Baik kok, bantuan dari papa sudah meringankan emak”
“Alhamdulilah kalau begitu”
“hubunganmu dengan Jeremy gimana?”
“Baik mak”
“Yang rukun ya kalian berdua, jangan sampai sampai dipisahkan oleh apapun, emak merestui kalian”
“Makasih ya mak”
“Ya udah pulang dulu, baru mak masakin gulai ayam kesukaanmu”
“Makasih mak”
The end

1 komentar:

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket