Cowok Ulat
Bulu
“Ngapain lo
dekat dekat gue, najis besar lo tu ya, minggat sana jauh jauh dari gue, minimal
satu kilo sana” kataku pada Dio
Sudah empat
hari ini aku jauhi tu cowok tengil, dasar cowok kupret jahil (jahat lebih
tepatnya dan gak punya perasaan), tega benar dia kemaren ngerjain aku. Aku
dikerjain sampai satu kelas mungkin satu sekolahan kali tahu bahwa aku punya
sedikit hal yang memalukan. Dasar cowok sinting, gak akan kumaafkan kamu sampai
kapankun. Geram aku padanya.
Kususuri
jalanan menuju rumahku yang berjarak kira kira setengah kilo dari sekolah. Aku
memilih jalan kaki kalau pulang balik ke sekolah, tapi kadang naik angkot juga
kalau lagi buru buru atau lagi M alias malas, kadang kan kita kita bangunnya
juga bisa telat alias kesiangan, namanya juga cowok, pastilah sesekali (sering
malahan kayaknya) telat kalau datang kesekolah.
Siang ini
panas banget cuacanya, panas matahari menyengat kulit putihku membikin sedikit
berwarna kemerah merahan, aku juga heran walau pulang pergi jalan kaki aku
tetap dianugerahi kulit yang putih. Tuhan memang adil kok, jadi aku gak perlu
pake krim pemutih baik itu fairness, whitening atau bleaching tapi kulit tetap
mulus dan putih.
Aku lihat
warung es cincau Pak Brewok buka dan aku aku langsung menuju kesana, lumayanlah
siang siang panas gini menikmati es cincau yang diracik dengan air gula merah
dan santan plus irisan nangka yang membikin makin mantap. Sambil menikmati es
cincau aku duduk dan melihat jalanan yang ramai oleh hiruk pikuk oleh motor dan
mobil.
Selagi aku
menikmati tiba tiba bahuku ditepuk seseorang, eh ternyata si Dio tengil yang
nepuk. Bukannya dah dibilang buat jauh jauh, ni dia malah dekat dekat mulu.
“Ngapain lo,
jauh jauh sana dari gue” kataku bengis
“Masih marah
ni?”
“gak usah
nanya, pergi pergi, hush hush hush”
“aJngan
marah mulu awet tua lo, aku bayarin deh cincaunya” katanya sambil memesan es
cincau juga
“Emang
sekarang gue udah malula, dasar sarap lo, dan yang pasti ogah ya gue dibayarin,
gue masih mapu buat bayar sendiri” kataku ketus
Langsung cincau
aku habiskan dan aku bayar lalu aku balik segera dan buru buru. Ngalamat apaan
ngelihat muka curutnya, aku langsung ngacir. Untung rumahku tinggal seratusan
meter dan aku lari. Sampai rumah aku langsung masuk dan langsung menuju ke
kamar. Setelah berganti pakaian aku segera cari makan, sepi ni di rumah gak ada
orang, ya beginilah namanya kalau hidup sendirian, mama dan papa punya bisnis
di luar kota dan aku sendirian disini di rumah kecil ini, aku memang gak mau
dibikinin yang lebih gede nanti ribet ngurusnya, sebenarnya ini cuma rumah
singgah doang, papa dan mama sudah bikin rumah baru di kota yang sekarang
mereka berbisnis tapi aku ogah pindah, aku udah kelas 3 smu, males nanti
penyesuaian segala.
Jadilah
diriku sendirian yang ngurus semuanya, walaupun sibuk belajar tapi masih
sempatlah buat ngurusin ni rumah. Udah ah gak usah ngomongin yang gak penting,
aku mau makan dulu, kayaknya nasi yang tadi pagi masih ada dan lauknya juga
masih ada. Aku segera menikmatinya, setelah ini masih ada kegiatan lain seperti
les dsb, tapi aku sudahin sampai jam 5 sore, memangnya orang kerjanya belajar
mulu? apa gak ada hal lain apa?
Selagi asik
menikmati makanan berupa nasi dan ayam goreng serta sayur tumis buncis tiba
tiba ada yang mengetuk pintu rumah, siapa lagi ni siang siang kesini?
Aku segera
keluar dan kubuka pintu dan tiba tiba dengan santai dan muka gak berdosa, nyelonong
masuk dengan sukses di Dio kupret ke dalam rumah.
“mau apa lo
masuk? Kayaknya kagak ada yang nyuruh lo masuk?”
“Jangan
kejam gitu dong”
“Emang gue
pikirin, lo juga emang mikir ngerjain gue sampai kayak gitu, sampai sekarang
gue diledek se sekolahan, dasar sarap lo”
“Jangan
marah marah gitu dong, kan lucu dipanggil ‘cowok ulat bulu’ “
“Lucu dari
Afrika?”
“Hongkong
kali?”
“Suka suka
gue mau Afrika, hongkong atau zimbabwe ya terserah gue, mulut mulut gue ngapain
lo protes”
“Maafin deh,
mau ngambek sampai kapan sih?”
“Sampai
kapanpun, lo cowok brengsek”
Sebenarnya
sih kejadiannya empat hari yang lalu, aku waktu itu ke sekolah dijemput oleh
Dio pakai motornya yang katanya motor cowok machow, ninja gitu lo. Nah pas
waktu di sebelah parkiran kan ada pohonnya yang rindang gitu (entah pohon apa
yakagak ngerti) dan ada ulat bulu gebe
banget menjijikkan banget di salah satu daunnya. Langsung deh merinding
dangdut, eh merinding disko melihatnya. Memang dari kecil (kagak tahu juga sih
mungkin dari bayi kali) aku takut mungkin lebih tepatnya dikatakan phobia
dengan yang namanya ulat bulu, segala macam ulat bulu, baik yang bener bener
berbulu ataupun enggak, melihat berjalan atau menggeliat liat gitu bikin empat
empot jantung.
Kembali ke
cerita, si Dio kupret ni tahu banget kalau aku takut banget sama ni satu
mahluk, dan dia mulai deh isengnya, dia ambil tu daun yang ada ulatnya dan
ditunjukkan padaku. Langsung deh ketakutan dan sukses ngacir ke kelas. Aku kira
sudah aman tapi ternyata dia dengan bengis membawa tu ulat ke dalam kelas, nah
langsung deh aku ketakutan dan mau ngacir dan parahnya di depan kelas dia
teriak dan minta temen temen pegangi aku, dan aku sukses dipegangi oleh mario,
ahmad, sapta dan zain. Aku gak bisa berberak, apalagi itu di depan kelas yang
otomatis ramai dong jadi tontonan, aku teriak teriak gak jelas gitu deh.
Parahnya si kampret dio malah deketin tu makhluk menijikkan ke hidungku, dan
akhirnya pagi itu sukses pingsan dengan telak dan lebih parahnya ketika sadar
aku baru tahu bahwa aku ngompol.
Hancur deh
reputasi gue, Lufer si cowok sempurna, pinter ganteng dan gak ada cacatnya dan
sekarang berganti menjadi “Cowok ulat bulu”. Aku dendam dan gak akan memaafkan mereka
semua terutama si Dio kupret.
Kembali ke
rumah, si Dio sekarang lagi ikut ikutan merampok makanan, biasalah dia gak akan
bisa di usir, ndableg kayak kebo, otaknya bebal kayak curut, dia akan melakukan
apa yang dia suka, baik itu merugikan orang atau kagak. Dah berkali kali aku
usir biar enyah dari hadapanku tapi dia mana mau. Dengan santai dia makan
dengan lahapnya.
“Lo kapan
minggat dari sini sih?” kataku
“Jangan gitu
dong, laper neh”
“Emang sini
restoran?”
“Kan mirip
miriplah, dan yang penting gratis. Enak lagi makanannya”
“Gundulmu
ah, pergi sana gue mau les”
“bareng aja
yuk? kan tempat lesnya sama”
“Bareng sama
lo, gak level kali”
“jangan gitu
ah atau temen temen satu les tahu kamu tu “cowok ulat bulu” “
“Lo berani
bilang gue mutilasi ya, gue potong potong jadi dua puluh”
“Dipotong
potong? Emang daging kali?
“Cerewet deh
lo, pergi sana gue mau berangkat”
“Iya iya”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Fer, aku
nanti nginep di tempat kamu ya” kata Dio
Ni baru abis
selesai les, ni anak kupret tiba tiba bilang mau nginep. Enak aja dia mau
nginep di tempat gue, emang gue cowok apaan sampai dia mau nginep di tempaat
gue segala. Langsung aku tolaklah, emang perbuatan nista dia sudah kumaafkan? Gak
akan lah ya
“Ngapain lo
mau nginep di tempat gue, sapa juga yang ngijinin? Ogah lah ya, gak ada tempat
buat makluk kayak lo”
“Jangan gitu
dong pokoknya aku nanti datang jam 9 an ya”
“Ogah ah, lo
datang juga gak akan gue bukain pintu, noh sana tidur diluar kalau mau”
“Pokoknya
aku datang ya” katanya dengan senyum manis keahlian dia
Biasanya
kalau dia sudah senyum manis gitu pasti aku akan terlena dan tergoda dan
memenuhi segala permintaan makhluk satu ini, terus terang dia memang memiliki
pesona yang luar biasa, semua cewek di sekolah takluk sama dia dan cowok cowok
pada benci dia kalau dia sedang tebar pesona (atau mungkin juga malah terpesona
kali dan muna). Tapi kalau ingat kejadian itu pokoknya aku gak akan maafin dia.
“lo mau
senyum atau nyering kayak kuda sedang beranak juga gak akan ngaruh buat gue,
enyah deh lo, gue mau pulang. Tu angkot sudah datang”
“Aku antar
aja ya”
“Diantar
sama lo, jijik deh” kataku dan aku segera ngacir
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam ini
sukses hujan dengan deras menghunjam dari jam 7 malam, asik ni dingin dingin
dingin gini buat memanjakan diri buat molor alias tidur. Akhirnya dari jam 8
malam aku tidur.
Tapi
kayaknya samar samar aku denger ada yang ngetuk ngetuk pintu gitu tapi gak aku
respon, kayaknya cuma minpi doang deh atau salah denger. Mana ada juga yaang
malam malam gini datang kemari, ujan ujan lagi. Aku segera melanjutkan tidurku
dengan damai.
Pagi pagi
jam 5 aku sudah bangun dan aku mau keluar mau beli sayur di warung bu kasih
yang memang biasa pagi pagi gini sudah sedia sayur buat diborong oleh ibu ibu
kompleks buat dimasak, kalau telat bisa bisa cuma dapat sisa sia ni, makanya
aku pagi pagi gini kesana. Sebenarnya masih ada sih sedikit sayur tapi aku mau
sedia juga buat nanti siang.
Sewaktu aku
membuka pintu aku dikejutkan oleh pemandangan yang mengejutkan, si Dio ada di
depan pintu dengan posisi melingkar kayak anak kucing, tubuhnya basah. Kayaknya
dari semalaman ni anak disini, langsung aku segera menghampiri dan aku pegang
dia dan ternyata tubuhnya panas.
“Sayang lo
ngapain didepan sini” kataku panik
Yup, Dio
memang pacarku, sudah hampir setahun kami pacaran. Cocoklah kita berdua, sama
sama populer gitu, aku pintar dia enggak (pintar juga sih sebenarnya), aku
ganteng dia gak (sebenarnya lebih ganteng dari aku), aku baik dia jahil (kalau
ini benar) dan yang pasti aku lebih putih hehehehe.
Langsung aku
bawa masuk ke dalam kamar, aku ambil handuk kan aku mandiin dia, aku benar
benar takut. Dia hanya pasrah saja aku perlakukan kayak gitu. Setelah itu aku
langsung ganti pakaiannya dengan baju bersih dan celana trining yang tebal dan
hangat. Segera aku seduh air jahe untuk dia dan menghangatkan badannya. Setelah
itu aku meminumkannya. Aku minta dia istirahat dan dia akhirnya tertidur di
kamarku.
Kuputuskan
aku gak ke sekolah, nanti deh bikin surat ijinnya, telpon aja si Zain bahwa aku
lagi sakit dan Dio juga, dia kan ketua kelas jadi pamit aja sama dia.
Aku
langkahkan kakiku ke warung bu Kasih dan untungnya masih ada sayur untuk bikin
sop, baso , ayam dan sosis. Aku harus bikin sop ayam agar Dio segera pulih.
Setelah sampai rumah aku segera memasak semuanya. Setelah selesai aku ke kamar
dan kulihat Dio sudah terbangun, ternyata dia baru tidur sebentar.
“Sayang,
gimana udah baikan kan?”
“Iya,
makasih ya”
“Ngapain sih
lo sampai nongkrong di depan rumah, kayak anak pramuka aja. Dan lagi tu
ngelungker kayak kucing”
“Eh
bungkusan yang kubawa mana ya?”
“tu ada
didepan”
Dio langsung
bangun dan ke luar, aku ikuti dia dan dia ambil bungkusan yang ada di ruang
tamu
“Untung gak
rusak” katanya
“Rusak
gimana?”
“Semalam kan
ujan, aku takut basah ni barang”
“Lo tu ya,
badan gak diperhatiin malah barang busuk gitu lo lindungi, jadi sakit kan?”
“Ini kan
buat kaamu sayang, ini hadiah permintaan maafku”
“Udah deh,
gue dah maafin, makan dulu ya. Aku ambilin sop ayam buatmu sayang, lalu minum
obat”
“Iya, tapi
temani ya”
“Iya”
Setelah Dio
makan dan obat juga sudah sukses masuk
ke lambungnya kami berdua duduk di depan TV, sambil nonton acara musik yang
dipresenteri oleh olg,a Dio memelukku, aku letakkan kepalaku dipangkuannya.
“Dibuka
sayang” katanya
“Iya”
Dan aku buka
ternyata isinya ada sebuah cincin, coklat dan sebua boneka”
“ini paan
sayang”
“Selamat
hari jadi setahun ya sayang”
“beneran ni”
“beneran
dong” katanya dan dia mencium keningku
Aku senang
banget, rasanya ada disurga hahahahah. Aku ambil cincinnya an aku pake, bagus
banget ni pasti mahal. Lalu coklatnya juga enak ni. Dan ada juga boneka,
lumayanlah buat ganjel kepala waktu tidur.
Aku ambil bonekanya dan aku terkejut, langsung aku lempar ke Dio kupret.
“Ulattttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt”
kataku langsung ngacir ke kamar
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar