Part 22
Aku jadi ingin tahu apa sebenarnya terjadi,
kok tante Tasya sampai teriak teriak gitu, Aku segera buka pintu dan kulihat
mereka semua. Tante Tasya sedang berdiri dan marah marah. Histeris seperti
orang kesetanan. Aku juga melihat ternyata TV yang ada di ruang tengah layarnya
retak (atau pecah kali ya) dan kayaknya bekas terkena lemparan sesuatu.
Tante Tasya yang melihat kehadiranku mukanya
sangat menyeramkan dan teriak teriak seperti orang gila, tan tiba tiba
dilemparkan gelas yang diatas meja kearahku. Aku gak tahu apa yang terjadi setelah
kejadian itu karena aku sudah tidak ingat apa apa lagi.
Kurasakan kepalaku sangat pusing dan sakit.
Aku buka mataku daan cahaya terang beberapa saat menyilaukan mataku, tapi
setelah itu wajah paling ganteng terpampang dengan jelas dihadapanku. Wajah
Jeremy, aku berada dalam pangkuannya. Ada bantal di panggkuannya yang menyangga
kepalaku. Segera aku sadar dan menanyakan sesuatu kepadanya
“Ada apa sayang”
“Gak ada apa apa honey”
“Kepalaku pusing”
“Hanya kecelakaan kecil kok, sudah diobati.
Itu sudah diperban”
“Hmmmm, beneran gak terjadi apa apa”
“Iya sayang, gak terjadi apa apa. Cuma tadi
kamu kejedot gagang pintu”
“Owwwwww, berarti tadi mimpi ya” kataku bloon
“Mimpi apa sayang?”
“Gak tahu, kayaknya tante marah marah dan
ngelempar aku pake sesuatu” kataku
“Udah gak usah dipikirin ah mimpi kayak gitu,
kamu libur aja ya kerjanya malam ini honey”
“gak mau ah, ini gak apa apa kok”
“Ok, tapi aku antar ya berangkatnya”
“Pakai motor aja ya”
“Aku antar atau gak boleh”
“Iya iya, dasar punya pacar tapi gak bisa
dilarang” kataku
“I love you honey”
“Aku tahu, aku sayang dan cinta padamu sayang.
Aku gak tahu gimana dan apa yang akan aku lakukan kalau aku dipisahkan darimu”
“We will together forever honey”
“Amin” kataku
“Sana mandi dulu, makan lalu berangkat”
“Iya sayang, luph you” kataku dan dia mencium
pipiku sekilas
Aku lansung mandi dan segera berganti baju.
Jeremy yang memilihkannya untukku (kayaknya sekarang dia ngatur ngatur apa yang
aku kenakan, gpp sih tapi sering bikin bete soalnya baju yang dia pilihkan
sering mencolok perhatian orang). Aku segera ke ruang makan dan Jeremy sudah
disana. Aku disuapi (kayak bayi aja, alasannya biar makannya cepat). Tadi aku
sempat nengok ke ruang tengah dan TV nya masih utuh, jadi jangan jangan
kejadian itu memang mimpi doang.
“Ayo berangkat”
“Iya sayang, beneran ni aku diantar”
“Iya, gak usah berdebat”
Dan akupun akhirnya berangkat dengan diantar
oleh Jeremy, segera setelah sampai aku beraktifitas yang menjadi tugasku, tapi
sebelum turun tadi aku sempat dapat ciuman darinya (dibibir lo ya, jangan pada
iri).
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ron, gimana makalahmu”
“bereslah, gimana denganmu”
“Udah kuprint dong, makasih ya sudah dieditin”
“Traktir lo ya, dan aku ga mau cuma
ditraktirin bakso doang”
“Emang mau apa?”
“Bebek bakar” kataku
“Koko tu yang tahu yang mana yang enak”
“Jangan bilang kakak ya?”
“Kenapa?”
“Dia suka over, aku sering malu sendiri kalau
ditraktir dia”
“hahahahha, ya begitulah dia”
“Son, kamu sudah berapa lama gak ketemu dia?”
“Sejak aku SMP kelas 2 dan dia SMU kelas 2,
aku gak tahu kenapa dia tiba tiba pergi ke singapura. Ketika itu mama
meninggal”
“Sudah lama ya, tapi tunggu dulu, bukannya
mamamu tante Tasya”
“Bukan mama kandung kok, dia menikah setahun
setelah mama meninggal”
“Ow, aku baru tahu sekarang. Oh ya, gimana
dulu kakak perlakuannya padamu”
“Dia dulu sangat perhatian dan melindungiku,
tapi tiba tiba dia kabur begitu saja membuatku marah dan jadi anak nakal”
“Sudahlah, gak perlu dibahas lagi yang sudah
terjadi”
“Iya. Yaudah, ayo masuk sudah mau masuk tu
kuliahnya”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Hei biang kerok tukang rusuh, masih hidup aja
sampah jelek menjijikkan kayak lo”
“Apa maumu?” kataku dingin. Kayaknya Sony gak
tahu pergi kemana, jadinya aku yang harus menghadapi iblis ini
“Dasar sampah kurang ajar lo ya, lebih hina
dari binatang, bisanya menusuk dari belakang. Wajah sudah kayak Ta* Kebo gitu
tapi kelakuan kayak anji** rabies kudisan”
“Aku gak ngerti apa yang kamu omongin” kataku
“Eh, lo tu ya, ngaca dong. Kurang ajar bener
sudah berani berani ikut campur urusan gue”
“Aku gak pernah ikut campur urusan kamu, aku
mau pulang”
“Sadar diri dong lo Anji**, gini ya ternyata
perilaku orang hina rendahan kayak kamu. Tanggung jawab lo”
“Ha? Udah deh, aku gak mau ngurusin urusanmu”
“Cepetan balikin, dasar tukang rampas, sapah
sampah anji** babi koreng lo”
Aku gak ngerti apa yang diomonginnya, aku
males ah nerusin mending aku pergi saja. Aku langsung mau meninggalkan tempat
itu, sekarang sudah banyak yang nonton dan banyak yang berbisik bisik. Aku malu
jadi tontonan kayak gini.
“Eh, Ajin*, mau kemana lo, mau kabur ya,
selesaikan dulu masalahmu denganku. Yang jantan dong kalau jadi orang, gak bertanggung
jawab gitu kayak binatang”
“Aku gak ada urusan denganmu dan sekali lagi
kubilang aku gak ada urusan denganmu”
“Anjin* lo, sampah lo, dasar benalu, sekarang
lo sudah hancurin hidupo gue dan keluarga gue, mau lo apa sebenarnya. Lo sudah
rebut Sony dari gue, sekarang kamu hancurkan pula hidup keluarga gue dasar
orang gak tahu diri, Sampah busuk lo”
“Hai iblis, aku gak taku maksudmu dan kamu
salah orang”
“Hei, selesein dulu” teriaknya mencak mencak
“males ngomong sama iblis kayak kayak kamu”
Aku langsung pergi meninggalkan dia, males
banget ternyata berurusan sama dia dan aku gak tahu apa yang dia omongin, masak
aku ngancurin keluarga dia, emang dayaku apa.
Tiba tiba iblis itu mendekap kakiku sambil
menangis, aku terkejut dan semua orang yang ada disana juga terkejut
“Please, jangan hancurkan kami, please”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar