Sabtu, 28 April 2012

Luka, Part 23


Part 23



Aku jadi bingung, malu sama takut. Ngeri pokoknya, pikiranku gak karuan. Daripada ribet aku langsung kabur saja, Aku lepaskan kakiku dari pegangannya (secara kasar sih sebenarnya, tapi terpaksa, bingung dan gak tahu mau gimana soalnya). Aku langsung berlari ke depan dan untungnya ada angkot yang sedang lewat, aku gak peduli itu jurusannya apa aku langsung naik. Mending kabur daripada ketemu perempuan itu, aku ngeri dengan tingkahnya dan aku gak habis pikir kenapa semua ini masih bisa terjadi padaku.



Aku masih gak tahu mau gimana, otakku nge blank dan sampai akhirnya aku tiba di terminal akhir angkot. Nah aku jadi bingung ni, harus nyari angkot lagi buat balik dan itu muter muter, bisa dua jam am baru sampai rumah (rumahnya Jeremy maksudnya. Lapar ni perut pengen segera diisi, tadi belum malak Sony soalnya, jadi aku cari tukang soto yang ada disitu, Aku menemukannya dan segera memesan semangkok soto dan es teh manis.



Oh ya, aku cek HP ah, kali aja ada pesan dari pacar, ternyata benar ada beberapa miss call dan SMS (HP aku silence selama tadi ada mata kuliah). Intinya nanyain dimana aku dan kok gak ada kabar. Ku SMS dan aku bilang lagi di terminal dan makan soto. Gak ada satu menit berselang HP ku berbunyi. Segera aku angkat panggilannya.



“lagi dimana Honey”

“Di terminal sayang, makan soto, laper soalnya”

“Ngapain disitu, kayak kurang kerjaan saja”

“Terpaksa ni, nanti aku ceritain deh” kataku

“Ya udah, aku jemput ya”

“Gak usah sayang, aku pake angkot saja”

“Aku tadi ke kampusmu, dan tanya Sony tapi dia gak tahu dimana dirimu. Oh ya, kalau ga mau dijemput mending kita ketemu di pameran komputer saja yuk, ada pameran komputer dan buku di xxx  mall” katanya

“OK sayang, kalau kesana ada kok jalur angkot yang langsung, dua puluh menit lagi sampai deh ya, tpi kalau lancar dan gak nge tem ya” kataku

“Honey, Sotonya gak usah dimakkan ya, bisa bisa gak higienis tu makanan. Nanti aku traktir deh”

“Udah habis sayang sotonya, habisnya laper sih”

“What? Kamu tu gak mau dengar kalau dibilangin, kalau sakit gimana, kalau kenapa napa gimana?”



Mulai deh nyerocos gak jelas kalau masalah seperti ini, mendingan tadi aku gak bilang kalau jajan soto diluar (maksudnya dipinggir jalan/terminal). Mulutnya jadi ember (walau sebenarnya itu bentuk perhatian dia padaku dan kepeduliannya padaku). Panas ni kuping mendengar ocehannya



“Enggak sayang, gak apa apa”

“Awas ya kalau sakit, aku biarin saja”

“Tega ya”

“Ya iyalah, pokonya cepetan kemari, aku tunggu” katanya

“Iya iya, luph you” kataku dan setelah itu sambungan teleponnya dia tutup.



“Wah lagi dapat telepon dari pacarnya ya dik” kata bapak bapak disebelahku, dia juga lagi makan, kayaknya supir angkot ni

“Iya pak” kataku malu malu

“Masih kuliah dik”

“Iya pak, bapak supir angkot jurusan berapa pak”

“Jurusan **, nunggu penumpang dulu ni sambil makan”

“Aku juga mau naik pak mau lihat pameran komputer setelah ini”

“Mau beli komputer juga dik”

“Enggaklah pak, aku gak ada duit buat beli komputer baru, sekarang kan mahal mahal”

“Iya sih dik, anakku saja yang SMU sudah minta dibeliin laptop, pusing mikirnya. Laptop ada yang harganya dibawah sejuta gak ya dik?”

“Aku gak tahu pak, kayaknya gak ada deh”

“Waduh, mahal benar berarti ya dik”

“Iya sih pak, aku saja gak punya laptop pak. Oh ya punya anak berapa pak?”

“Ada empat dik, yang paling gede smu kelas dua, adiknya SMP, lalu ada yang SD kelas 2 dan yang bontot masih TK”

“Banyak anak ya pak, banyak rejeki dong” kataku berseloroh

“Banyak anak banyak penyakit dik, pusing tujuh keliling isinya”

“Kok bisa gitu pak”

“Ya itu tadi, biaya sekolah sekarang kan besar banget, lalu yang SMP tu mau naik SMU, sudah minta dibeliin motor baru, gak mau kalau bekas. Katanya malu dan gengsi sama teman temannya. Yang SMU minta laptop katanya buat ngerjain tugan dan praktek apa gitu deh. Pusing dik  mikirin anak jaman sekarang”

“Sabar pak sabar”

“Adik pasti anak orang kaya ni, bisa kuliah. Besar ya dik biaya untuk kuliah itu? Anak bapak sudah berencana mau kuliah ni, gak mau kalau langsung kerja. Pusing bapak mikirnya. Darimana duitnya entar buat semua itu”

“Ya enggak kok pak, bapak saya sudah meninggal. Dan kami gak kaya juga, aku sambil kerja kok pak kalau malam buat kuliah” kataku

“Wah adik patut diteladani karena gak nyusahin orang tua, senangnya sebagai orang tuamu”

“Biasa aja kok pak, memang besar sih biaya buat kuliah, tapi kalau mau dan ada kemauan pasti bisa kok pak”

“Moga benar. Eh ayo dik berangkat, sudah mau jalan ni”



Akhirnya aku bayar makananku dan segera aku masuk kedalam angkot. Setelah berputar putar akhirnya sampai juga di mall tempat pameran komputer. Aku segera kesana. Aku SMS Jeremy untuk memberitahukan aku sudah ada disana



<Sayang, aku sudah sampai, kamu dimana>



Gak ada jawaban, aku pegang HP dan tetap gak ada jawaban. Daripada bengong diam gak ngapa ngapin buat nunggu kedatangan dia, mending jalan jalan lihat stan stan, kali aja ada yang murah dan bisa dibeli. Ternyata ada satu kompi nganggur dan ada gamenya, maen game dulu ah, balap motor. Asik ni aku lupa sama segalanya heheheheh. Tiba tiba ada yang memelukku dari belakang, aku kaget dong dan ternyata yang memelukku itu gak lain gak bukan Jeremy, pacar tersayangku.



“Asik ni”

“Iya, habisnya SMS ku gak ada balasan, lagi godain cewek cewek mana tu” katau cemberut

“Surprise aja kok, Udahan ah main gamenya, kasihan tu anak anak yang lain, kasih kesempatan dan waktu dong buat mereka, mereka kan pengen nyobain juga”

“Iya iya” dan memang sudah banyak anak anak yang dibelakangku (atau sebenarnya mereka menonton dan kagum akan ketangkasanku ya? hehehehhe)



Kami pun jalan dari satu stan ke stan yang lain, Jeremy tertarik pada laptop yang ada disana, disalah satu stan yang memajang aneka laptop dan notebook.



“Mau beli kak” kataku

“Iya, buatmu”

“Ngapain beli kak, ogah ah. Masih ada komputer kok”

“Udah butut tu komputermu, lagian kan bisa dibawa ke kampus, jadi bisa efisien buat kamu”

“Biarin aja gak efisien, komputerku masih bisa dipakai kok, yang penting masih jalan dan ngapain ke kampus bawa bawa gituan, kurang kerjaaan amat” kataku

“Udah gak usah ngeyel”

“Sekali ogah tetap ogah” kataku menolak lebih tegas



Wajahnya sudah manyun, pasti dia akan ngamuk ngamuk ni sepanjang hari dan melampiaskan pada siapapun didekatnya (kecuali aku sih, aku cuma kebagian cemberutannya). Biasa kalau kemauannya gak dituruti akan begitu.



“kak, beliin printer aja deh, kan aku masih belum ada di rumah, jadi sekalian nanti kalau kakak mau nge print kan bisa disitu” kataku



Aku tahu aku harus mencairkan suasana ini, kalau gak bisa berabe nanti. Aku sedang gak mau ngambek ngambekan sama dia, aku sedang ingin dilindungi sama dia, aku masih ngeri dan takut sama perempuan itu. Merinding jadinya kenapa dia kayak gitu.



“Kan aku belum punya kak, aku mau beli sih tapi masih kurang ni duitnya” kataku



Akhirnya senyumnya terkembang juga diwajahnya, dan dia membelikanku Printer canon, aku minta yang biasa saja, tapi yang bisa sekaligus scan, biar kalau mau scan atau apapun gak ribet. (ngelunjak ni ceritanya, printer biasa aja cui kalau bukan matre). Jeremy juga membeli bebearapa buah buku. Setelah itu kita balik kerumah.



“Kak, aku takut kak” kataku



Kita sedang duduk di dalam mobilnya, kita mau balik kerumah.



“Takut kenapa”

“Nanti deh sampai ruman saja aku ceritain” kataku

“Iya honey”



Aku cium pipinya dan aku pegang lengannya, aku merasa tenang dan nyaman jika ada disinya. Aku merasa terlindungi dan bisa terbebas dari apapun jika dia ada disisiku.



Sampai rumah aku mandi dan kemudian aku ceritakan semuanya padanya, dia hanya manggut manggut mendengarkan ceritaku sambil tersenyum. Ih, kenapa sih senyum senyum dari tadi. Ada yang gak beres kayaknya, jangan jangan dia minta jatah siang siang bolong gini (hehehehhehe, omas mode).



“Kenapa senyum senyum sayang”kataku

“I love you”

“I know” kataku



Aku sedang tiduran dipangkuannya yang sedang duduk di sofa ruang tengah, aku baru memperhatikan ternyata ada yang berubah, ada yang berbeda dengan TV yang ada di ruangan ini. Aku gak tahu apa bedanya tapi aku tahu itu berbeda (soalnya gak suka memperhatikan detil gitu). Aku teringat mimpiku yang kemaren.



“Sayang…..”

“Apa?”

“Aku bilang tapi kamu harus jawab dengan jujur”

“Hmmmm, iya. I will” katanya

“Kemaren itu sebenarnya bukan mimpi kan? Lukaku bukan karena kejedot pintu kan?”

“Mengapa kamu berpikiran begitu sayang”

“TV nya berubah, kemaren kan memang pecah” kataku



Dia menghela nafas, dan kemudian berkata



“Sebenarnya aku menyembunyikan ini darimu sayang dan berharap kamu tidak usah tahu. Aku gak ingin kamu terlibat masalah ini, ini bukan masalahmu dan gak perlu kamu pikirkan”

“Jadi benar kan?”

“Iya”

“Emang kenapa sih kamu benci sama tante Tasya sayang?”

“Ini karena ada sebuah rahasia yang bahkan Sony sendiri tidak mengetahuinya dan aku harap dia tidak mengetahuinya”

“Kenapa sayang?”

“Aku gak mau Sony menjadi syok dan dia bisa berbuat yang tidak aku harapkan yang nantinya akan disesalinya. Kemungkinan besar dia akan berbuat nekat”

“Emang hubungannya apa sayang, ada hubungannya juga dengan tante marah marah kemaren?”

“Sebenarnya itu secara tidak langsung ada hubungannya dengan masalah itu, dia histeris tapi biarkan sajalah, biar dia mendapat pelajaran yang setimpal”

“Ada apa sih sayang, saya juga bingung”

“Baik aku ceritakan tapi kamu harus bisa menyimpan rahasia ini dari siapapun terutama Sony”

“Iya sayang”

“Sebenarnya ini dimulai sangat lama ketika dulu mama kandungku masih hidup. Kamu tahu kan wanita itu bukan mamaku?”

“Iya, Sony sudah cerita”



Sebelum dilanjutkan tiba tiba ada bunyi bel. Dan ternyata yang datang Sony dan Cyntia dan mereka duduk langsung diruang tamu depan. Aduh, males deh aku menemui mereka dan waktu sudah jam 3 sore. Mendingan aku kerja aja deh walau masih kepagian (terlalu cepat datangnya maksudnya).



“mau apa Son dan ngapain bawa wanita itu” kata Jeremy ketus

“Koko jangan galak galak gitu dong, aku cuma bawa dia kok, dia mau minta maaf. Dan aku juga mohon pada koko jangan bawa bawa keluarga dia”

“Eh kak, aku kerja dulu deh ya, aku pakai motor saja. Aku keluar dulu ya Son” kataku menginterupsi pembicaraan mereka

“Iya Ron hati hati ya” kata Sony



Jeremy mengikutiku dan didepan dia bilang sebelum aku berangkat



“nanti malam dilanjutkan honey, i will tell you everything” kanyanya

“Luph you sayang” kataku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket