Part 3
Badanku panas, rasanya gak enak dan sakit
semua. Istirahat total kayaknya yang harus aku lakukan hari ini, padahal malam
ini adalah malam minggu dimana tempat kerjaku ramai ramainya dan aku bisa
mendapatkan bonus yang lumayan. Gak ada yang tau kondisiku, aku hanya terdiam
dan tidur di kamar. Tadi sudah masak nasi dan masih ada abon dan kerupuk buat
sarapan dan kemudian aku meminum obat turun panas yang memang aku sediakan
sebagai persiapan, semoga besok tubuh ini sehat dan kembali fit sehingga bisa
kembali kerja malamnya.
Dikamar ini hanya kutatap dengan kosong langit
langit kamarku, ku teringat dulu gimana aku kenal dengan Sony, Sony Raharsyah
Putra. Dari awal masuk kuliah dia sudah menarik perhatian orang, khususnya
cewek cewek di satu jurusan bahkan dari satu angkatan. Wajahnya yang tampan dan
kulitnya yang putih sangat menjadi pusat perhatian dan incaran semua orang. Dan
yang lebih menjadi omongan dan bahan pergunjingan dia gak mau bergaul dengan
sembarang orang, bahkan ngomong aja kayaknya enggan kalau gak selevel dengan
dia. Begitulah dia, cowok tampan yang hanya mau bergaul dengan orang high class
(sebutanku) dan cenderung meremehkan orang yang biasa biasa saja.
Perkenalanku yang membuatku dekat dengan dia
diawali waktu ada mata kuliah speaking, dan tugasnya membuat percakapan antaara
2 orang yang gak dikenal selama 5 menit dan apesnya aku kebagian satu grup
dengan dia.
Dari awal dia sudah enggan, tapi aku yang gak
ingin dapat nilai jelek berusaha agar bisa mengerjakannya dengan baik. Aku
ingat pertama kali aku diminta (dipaksa) tepatnya ikut ke rumahnya untuk
latihan. Biasalah dia hina hina dan ledek ledek, aku gak masukin ke dalam hati.
Ungkapan bodoh dan tolol biasa di telingaku. Malam itu ternyata hujan deras dan
dia dengan enggan mengantarku (kayaknya lebih gak rela kalau aku nginep di
tempat dia) plus dia mau pinjam catata satu mata kuliah dasar. Aku diantar
sampai kos dan dia ikut masuk. Aku pamit mau cuci muka dulu dan dia ada
dikamarku.
Kemudian dia pergi begitu saja setelah aku
pinjami catatanku, dan anehnya sejak saat itu dia menjadi baik padaku. Katanya
sih karena memakai catatanku dia bisa mendapat nilai yang maksimal. Memang sih
catatanku lengkap dan kalau dia paling males buat nyatet tapi anehnya semua
nilainya diatas 90 baik itu kuis ataupun ujian. Aku juga heran sebenarnya,
otaknya terbuat dari apa gitu, aku aja buat mendapat nilai A harus mati matian
tapi dia dengan gampang mendapat nilai A. Mungkin kalau orang kaya itu memang
ditakdirkan pintar kali, aku juga kagak tahu.
Pokonya setelah hari itu dia baik banget kepadaku,
kesan sombong yang awalnya terpatri didiriny hilang dengan sendirinya dimataku.
Tapi kebaikannya kadang berlebihan, dia suka nraktir dan kalau siang maksa aku
buat makan siang bareng dia. Aku senang sih tapi kadang malu juga, kalau ngajak
makan pasti pakai acara rangkul rangkulan dulu. Sebenarnya bagiku gak apa apa
sih, tapi sering awalnya diledek sama temen temen, tapi dia gak peduli dan
pernah malah nantangin yang ngeledeknya, jadi ya dianggap biasa setelah kejadian
itu karena segan (takut mungkin) berurusan dengan dia.
Mungkin ini juga yang menyebabkan semua
kejadian ini, mungkin benar aku sudah keterlaluan karena kalau aku ada
kesulitan dan yang pasti kalau kesulitan keuangan dia mencoba membantuku, kayak
kemaren ada acara wisata, aku terus terang lagi bokek jadi aku pilih gak ikut
tapi tiba tiba sudah dibayar sama Sony. Aku gak pernah minta tolong masalah
keuangan padanya karena bagiku itu masalahku yang harus aku tangani sendiri,
tapi dia gak akan tanya dulu pasti langsung bertindak. San parahnya dia kalau
sudah berkeinginan melakukan sesuatu gak bisa dibantah.
Begitulah secuil kisah persahabatanku dan
sekarang sudah kandas, aku sudah dihina dan dipermalukan, rasanya sudah tidak
punya harga diri lagi. Tapi mungkin ini memang yang terbaik karena gak bisa
dipungkiri status sosial aku dengan dia sangat sangat jauh berbeda seperti bumi
dan langit.
Aku seharian istirahat, sore harinya badan
rasanya sudah agak baikan walaupun tubuh masih hangat tapi nyerinya dan pusing
sudah agak hilang. Rencana aku mau beli lauk di warung makan sebelah, nasi yang
tadi pagi masih ada. Aku ternyata tidur sampai sore, tapi layak deh karena kondisi
tubuhku jadi lebih baik.
Tiba tiba kudengat ketukan di pintuku, aku
langsung buka pintu kamarku dan dia dia langsung masuk ke dalam. Ya, Sony sudah
masuk ke dalam kamar kosku. Aku diam saja dan membiarkan apapun yang mau
dilakukan olehnya.
“Ikut aku” katanya
“Kemana” kataaku
“Gak usah nanya”
Langsung tanganku digamitya dan aku ditarik
keluar kamarku. Dia ambil kunci kamar dan dia yang mengunci kamarku. Tanpa
perlawanan aku ikut dengannya. Di dalam mobilnya aku hanya terdiam. Dia
langsung membawa mobilnya dan diarahkan ke rumahnya, aku bingung banget
sekaligus takut. Takut kejadian yang kemaren berlanjut ke hal yang lebih
mengerikan, tapi aku tahu aku gak akan bisa apa apa. Melawannya atau berontak
sama aja dengan cari mati. Jadi mau diapain ya terserah deh.
Sampai dirumahnya aku langsung dibawa ke
kamarnya dan aku disuruh membuka pakaianku dan hanya tersisa boxer doang, dia
pengamati seluruh tubuhku, luka karena kemaren masih belum kering benar jadi
dengan jelas terlukis di tubuhku. Dia kemudian menyuruhku duduk di ranjang dan segera keluar kamar.
Dia tidak bicara banyak, aku baru kali ini
melihatnya pendiam seperti itu. Dia seperti bukan Sony yang kukenal. Aku gak
tahu mungkin dia sudah berubah atau gimana. Kudengar pintu kamar dibuka dari
luar dan tiba tiba aku dikejutkan dengan masuknya tante Tasya ke dalam kamar.
Aku sudah sangat ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar