Selasa, 17 April 2012

Luka, Part 3


Part 3



Badanku panas, rasanya gak enak dan sakit semua. Istirahat total kayaknya yang harus aku lakukan hari ini, padahal malam ini adalah malam minggu dimana tempat kerjaku ramai ramainya dan aku bisa mendapatkan bonus yang lumayan. Gak ada yang tau kondisiku, aku hanya terdiam dan tidur di kamar. Tadi sudah masak nasi dan masih ada abon dan kerupuk buat sarapan dan kemudian aku meminum obat turun panas yang memang aku sediakan sebagai persiapan, semoga besok tubuh ini sehat dan kembali fit sehingga bisa kembali kerja malamnya.



Dikamar ini hanya kutatap dengan kosong langit langit kamarku, ku teringat dulu gimana aku kenal dengan Sony, Sony Raharsyah Putra. Dari awal masuk kuliah dia sudah menarik perhatian orang, khususnya cewek cewek di satu jurusan bahkan dari satu angkatan. Wajahnya yang tampan dan kulitnya yang putih sangat menjadi pusat perhatian dan incaran semua orang. Dan yang lebih menjadi omongan dan bahan pergunjingan dia gak mau bergaul dengan sembarang orang, bahkan ngomong aja kayaknya enggan kalau gak selevel dengan dia. Begitulah dia, cowok tampan yang hanya mau bergaul dengan orang high class (sebutanku) dan cenderung meremehkan orang yang biasa biasa saja.



Perkenalanku yang membuatku dekat dengan dia diawali waktu ada mata kuliah speaking, dan tugasnya membuat percakapan antaara 2 orang yang gak dikenal selama 5 menit dan apesnya aku kebagian satu grup dengan dia.



Dari awal dia sudah enggan, tapi aku yang gak ingin dapat nilai jelek berusaha agar bisa mengerjakannya dengan baik. Aku ingat pertama kali aku diminta (dipaksa) tepatnya ikut ke rumahnya untuk latihan. Biasalah dia hina hina dan ledek ledek, aku gak masukin ke dalam hati. Ungkapan bodoh dan tolol biasa di telingaku. Malam itu ternyata hujan deras dan dia dengan enggan mengantarku (kayaknya lebih gak rela kalau aku nginep di tempat dia) plus dia mau pinjam catata satu mata kuliah dasar. Aku diantar sampai kos dan dia ikut masuk. Aku pamit mau cuci muka dulu dan dia ada dikamarku.



Kemudian dia pergi begitu saja setelah aku pinjami catatanku, dan anehnya sejak saat itu dia menjadi baik padaku. Katanya sih karena memakai catatanku dia bisa mendapat nilai yang maksimal. Memang sih catatanku lengkap dan kalau dia paling males buat nyatet tapi anehnya semua nilainya diatas 90 baik itu kuis ataupun ujian. Aku juga heran sebenarnya, otaknya terbuat dari apa gitu, aku aja buat mendapat nilai A harus mati matian tapi dia dengan gampang mendapat nilai A. Mungkin kalau orang kaya itu memang ditakdirkan pintar kali, aku juga kagak tahu.



Pokonya setelah hari itu dia baik banget kepadaku, kesan sombong yang awalnya terpatri didiriny hilang dengan sendirinya dimataku. Tapi kebaikannya kadang berlebihan, dia suka nraktir dan kalau siang maksa aku buat makan siang bareng dia. Aku senang sih tapi kadang malu juga, kalau ngajak makan pasti pakai acara rangkul rangkulan dulu. Sebenarnya bagiku gak apa apa sih, tapi sering awalnya diledek sama temen temen, tapi dia gak peduli dan pernah malah nantangin yang ngeledeknya, jadi ya dianggap biasa setelah kejadian itu karena segan (takut mungkin) berurusan dengan dia.



Mungkin ini juga yang menyebabkan semua kejadian ini, mungkin benar aku sudah keterlaluan karena kalau aku ada kesulitan dan yang pasti kalau kesulitan keuangan dia mencoba membantuku, kayak kemaren ada acara wisata, aku terus terang lagi bokek jadi aku pilih gak ikut tapi tiba tiba sudah dibayar sama Sony. Aku gak pernah minta tolong masalah keuangan padanya karena bagiku itu masalahku yang harus aku tangani sendiri, tapi dia gak akan tanya dulu pasti langsung bertindak. San parahnya dia kalau sudah berkeinginan melakukan sesuatu gak bisa dibantah.



Begitulah secuil kisah persahabatanku dan sekarang sudah kandas, aku sudah dihina dan dipermalukan, rasanya sudah tidak punya harga diri lagi. Tapi mungkin ini memang yang terbaik karena gak bisa dipungkiri status sosial aku dengan dia sangat sangat jauh berbeda seperti bumi dan langit.



Aku seharian istirahat, sore harinya badan rasanya sudah agak baikan walaupun tubuh masih hangat tapi nyerinya dan pusing sudah agak hilang. Rencana aku mau beli lauk di warung makan sebelah, nasi yang tadi pagi masih ada. Aku ternyata tidur sampai sore, tapi layak deh karena kondisi tubuhku jadi lebih baik.



Tiba tiba kudengat ketukan di pintuku, aku langsung buka pintu kamarku dan dia dia langsung masuk ke dalam. Ya, Sony sudah masuk ke dalam kamar kosku. Aku diam saja dan membiarkan apapun yang mau dilakukan olehnya.



“Ikut aku” katanya

“Kemana” kataaku

“Gak usah nanya”



Langsung tanganku digamitya dan aku ditarik keluar kamarku. Dia ambil kunci kamar dan dia yang mengunci kamarku. Tanpa perlawanan aku ikut dengannya. Di dalam mobilnya aku hanya terdiam. Dia langsung membawa mobilnya dan diarahkan ke rumahnya, aku bingung banget sekaligus takut. Takut kejadian yang kemaren berlanjut ke hal yang lebih mengerikan, tapi aku tahu aku gak akan bisa apa apa. Melawannya atau berontak sama aja dengan cari mati. Jadi mau diapain ya terserah deh.



Sampai dirumahnya aku langsung dibawa ke kamarnya dan aku disuruh membuka pakaianku dan hanya tersisa boxer doang, dia pengamati seluruh tubuhku, luka karena kemaren masih belum kering benar jadi dengan jelas terlukis di tubuhku. Dia kemudian menyuruhku duduk di ranjang dan  segera keluar kamar.



Dia tidak bicara banyak, aku baru kali ini melihatnya pendiam seperti itu. Dia seperti bukan Sony yang kukenal. Aku gak tahu mungkin dia sudah berubah atau gimana. Kudengar pintu kamar dibuka dari luar dan tiba tiba aku dikejutkan dengan masuknya tante Tasya ke dalam kamar. Aku sudah sangat ketakutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket