Part 1
“Ron, udah dari tadi disini” Tanya tante Tasya
padaku sinis
“Sudah tante, ini baru ngeprint paper buat
besok tan”
“Emang lo gak punya duit apa ngeprintnya
disini”
“Maaf tante, maksud tante?”
“Ngapain kamu jadi benalu mulu sama Sony, dasar
gak tahu diri kamu”
“Maaf tante”
“Katanya kamu juga dibayarin juga sama Sony
untuk acara wisata bulan depan”
“Iya tante, Sony maksa tante padahal aku gak
mau ikut”
“Dasar alasan aja lo, gak tahu diri lo. Dasar
benalu, tahu gak orang macam kamu tu wajib dimusnahin. Dasar belagu, mentang
mentang dibaikin tapi ngelunjak.”
“Maaf tante, aku gak ada maksud begitu sama
Sony”
“Halah, dasar orang miskin gak tahu diri, ini
deh kalau didikan orang tua yang gak punya etika, anaknya diajari jadi maling.
Nanti pasti lama lama ngrampok atau bunuh orang, Keluarga sampah pasti anaknya
sampah”
“Jangan hina orang tua saya tante”
“Mau apa kamu, sampah gak tahu diri, dasar
anjing lo. Mau apa sebenarnya kamu sama sony, mau morotin kan, belagu amat deh.
Jangan jangan lo homo ya dekati anakku”
“Maaf tante, tante keterlaluan”
“Jadi beneran, memang anjing lo sampah
masyarakat. Berani bener dan kurangajar ngejerumusin anak tante sehingga jadi
homo, dasar sampah. Udah sampah homo lagi, bener bener sampah masyarakat.
Minggat sana dari sini, sampah busuk lo. Dasar”
“Maaf tante, baik tante, aku akan pergi.
Sampaikan salam buat Sony”
“Gak perlu, minggat saja dan jangan temui
anakku lagi, dasar sampah homo gak tahu diri, benalu perusah orang saja.
Minggat sana”
Kulangkahkan kakiku gontai meninggalkan rumah
Sony, rumah sahabatku yang selama satu setengah tahun ini begitu baik padaku.
Aku gak tahu kenapa tante Tasya memaki maki diriku, dia memang selama ini tidak
ramah padaku tapi tidak seekstrim ini. Hatiku terluka, penghinaan terutama pada
orang tuaku gak akan selamanya kumaafkan. Orang tuaku sudah sangat baik padaku.
Bapak, maafkan anakmu ini sehingga walaupun kamu sudah pergi tapi sampai dihina
kayak gini. Maafkan Roni pak.
Segera kubawa motor bututku dan kutuju adalah
rental komputer yang banyak tersebar di sekirat kampusku yang buka sampai 24
jam, aku harus ngeprint paper yang lusa harus dikumpulkan. Aku tinggal saja
setelah datanya dicopy dan besok sore aku ambil. Tiba tiba ada suara panggilan
telpon pada HP cinaku. Yup, kalau mau beli yang branded gitu mana sanggup, ini
aja nabung dulu. Lumayan sih, harganya 299rb waktu aku beli dulu. Nampak contack
Sony terpapar di layar HP ku.
“Ron, kamu dimana” setelah aku angkat
“Lagi ngeprint Son, tapi ini udah balik ke
kos”
“Ini aku bawain makanan, kok sudah pulang?”
“Maaf Ron, kurasa kita gak usah berteman lagi
ya, aku gak pantas jadi temanmu. Nanti aku hubungi Adi untuk kembaliin uang
yang buat wisata bulan depan, aku gak jadi ikut”
“Ron, kenapa Ron”
“Gak apa apa, cukup disini aja ya kita berteman,
mohon jangan temui aku lagi ya. Terimakasih atas bantuannya selama ini, kalau
kita sekelas pura pura aja gak kenal” kataku
“Ron, aku udah tahu masalahnya, please aku mau
ngomong”
“Gak ada yang perlu diomongin, makasih atas
semuanya selama ini” kataku terakhir dan kuputuskan sambungan telepon di HP ku
Kulajukan motorku dan kembali ke kos. Mungkin
memang salah aku berteman dan bersahabat dengan Sony, dia anak orang kaya,
sedangkan aku cuman anak janda pensiunan aja yang cuman bisa kos di tempat sederhana,
kamar berukuran 3x3 meter dengan isi yang gak ada apa apanya. DIbanding rumah
mewah Sony, tempatku ini kayak tempat sampahnya aja.
Kucoba tidur tadi perasaan sedih ini begitu
membuncah dalam hatiku, sakit. Bapak, kenapa bisa seperti ini, Roni sakit pak,
maaf roni mengeluh. Kali ini sakit sekali, Roni sudah gak kuat dihina mulu
semenjak kepergian bapak. Roni harus bekerja buat bantu emak yang juga jualan,
pensiun bapak gak seberapa buat nyekolahin Dian, Haris dan Angga. Pak, Roni
harus gimana pak, begitu tangis dalam hatiku. Iya bapakku sudah meninggal
ketika aku masih kelas 3 SMP, bapak yang seorang guru mendapat kecelakaan yang
menyebabkan kehidupan kami sekeluarga berubah, emak harus menghidupi kami. Aku
yang jadi orang tertua di keluarga mau gak mau harus bantu an aku kerja sana
sini. Untuk kuliahku aku juga harus kerja, dari semester 2 aku dapat beasiswa
tapi untuk hidup dan lain lain aku harus
bekerja. Kalau malam 6 kali seminggu aku bekerja di kafe tenda milik kenalanku
dulu, lumayan semaalam dapat 30ribu. Ini bisa aku pakai buat bayar kos dan
makan. Untuk makan aku ada magic com dan kalau malam bisa bawa sisa lauk kari
tempat kerjaku. Menghematlah palingan kalau beli lauk cukup 200ribu sebulan,
untuk beras biasanya emak bawain beras dari rumah.
Aku gak bisa tidur. Kunyalakan komputer
pentium 2 ku dan kucolokkan modem. Yup, selain bekerja aku bantuin teman buat
bikin toko online dan untungnya dibagi. Lumayan selain bisa buat bayar modem
bisa menghasilkan 500 sampai 700ribu sebulan. Apa aja aku lakuin deh demi
menghasilkan uang. Dan dari semua yang kulakukan aku masih bisa ngirimi emak
sebulan 700ribuan buat bantu bantu emak meringankan beban kehidupan dan
membiayai adik adikku. Adik adikku sekolah di SMP dan SMu negeri yang cukup
besar menghabiskan uang, walaupun kudengar dengar gak sebesar kalau di kota
kota besar kayak jakarta. Palingan seorang cukuplah 70rb sebulan kalau di rata
rata, jadi masih ada sisa buat uang jajan mereka. Maaf ya mak, aku Cuma bisa
bantu itu semampuku.
Aku segera browsing inet dan aku tenggelam
kedalam dunia internet yang dengan sukses secara sementara menghiburku dari
sakit hati ini dan penghinaan yang baru aku alami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar