Selasa, 17 April 2012

Luka. Part 4


Part 4. Confusing



Aku gak berani memandang Tante Tasya yang masuk ke dalam kamar. Aku sudah siap dan pasrah mendengar makiannya, tapi beberapa saat gak ada makian ataupun cacian yang keluar dari mulutnya.



“Malam ini nginep disini aja ya Ron, biar bisa istirahat dengan baik” katanya



Aku hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaannya. Tiba tiba aku mendengar orang masuk.



“Mama ngapain disini, gak ada urusan kan mama disini, sudah keluar sekarang juga” kata seseorang yang ternyata Sony

“Mama Cuma ingin minta maaf Sony sayang”

“Udah keluar keluar, jangan bikin lebih runyam” katanya



Kemudian tante Tasya keluar dari kamar dan aku baru berani memandang wajah Sony dan mendongakkan kepalaku. Kulihat selain Sony ada seseorang yang masuk bersama dia. Kelihatannya seorang dokter.



“Dokter Hans, tolong periksa dengan cermat, saya minta pendapat perlu gak dibawa ke rumah sakit. Aku gak mau temanku kenapa napa” kata Sony



Dokter Hans kemudian memeriksaku, menanyakan ini itu dan juga melihat luka lukaku. Sesekali beberapa tubuhku diraba dan aku ditanya apa ada yang sakit. Aku cuma sakit di tempat lukaku yang terbuka dan lecet. Hampir setengah jam aku diperiksa, ini periksanya berulang ulang, dasar dokter yang aneh.



Setelah semua dirasa selesai dia bilang gak ada luka dalam dan hanya luka luar, akan dikasih salep dan antibiotik agak tidak terjadi infeksi. Setelah semua selesai dokter dan Sony keluar dari kamar.



Beberapa saat kemudian Sony masuk kembali sambil membawa mangkok, gak tahu apa isinya.



“Ron, makan bubur ini dulu, kemudian minum obetnya dan tidur” katanya

“Gak perlu Son, aku pulang saja ya” kataku

“Diem deh, hari ini kamu nginep disini dan gak akan kubiarkan kamu melangkah sedikitpun dari kamar ini”

“Iya deh” kataku pasrah

“Sudah makan dulu, sini aku bantu”

“Gak usah Son, aku bisa makan sendiri, makasih ya”

“Gak usah banyak komentar, sini aku bantu lalu minum obatnya dan tidur. Oh ya, kamu pake piyamaku saja ya.”



Sony kemudian membuka lemari dan mengeluarkan baju tidur (kayaknya, aku gak ngerti dan gak pernah punya)



“Pakai Ron” katanya sambil membantuku memakai piyama yang dipegangnya



Terus terang agak jengah dan malu juga diperlakukan kayak bayi gitu tapi melihat wajahnya serius gitu agak takut juga buat bilang enggak sama dia. Kemudia dia mengambil bubur dan menyuapiku pelan pelan.



“Makan yang banyak ya lalu tidur. Malam ini kamu tidur nyenyak disini dan gak akan ada yang ganggu istirahatmu”

“Iya Son, makasih ya”

“Aku yang harusnya minta maaf padamu Ron, semuaa salahku”

“Kamu gak salah apa apa kok”

“Aku cuma minta agar kamu masih mau menjadi temanku ya Ron, itu penting bagiku”

“Aku bingung Son, terus terang aku takut”

“Gak usah dipikirkan dan gak usah mikir macam macam, nanti sakitnya lama lo sembuhnya”

“Iya, aku akan usahain”

“Aku akan keluar sebentar ada yang harus aku kerjakan, kamu tidur ya. Aku kunci pintu kamarnya, nanti kalau kamu terbangun dan aku gak ada gak usah ragu pake semua yang disini”

“Iya”

“Janji ya, kalau haus atau pengen makan buah tu ada di kulkas kecil disitu” katanya sambil menunjuk kulkas kecil yang berada dipojok kamar

“Iya” Kataku



Setelah selesai makan dan minum obat kepalaku srasa berat dan kantuk dengan sukses merasuk dalam kepalaku. Sony langsung membantuku tidur dan menyelimutiku. Tidak beberapa saat kemudian akupun sudah masuk ke dalam alam mimpi.



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku terbangun dan ingin kencing, ternyata Sony sudah di dalam kamar hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek.



“Udah bangun?”

“Iya, ingin kencing”kataku

“Ya udah sana daripadaa ngompol”



Langsung aku ngacir ke kamar mandi yang juga berada di dalam kamar Sony. Lega rasanya setelah kencing. Aku langsung kembali dan Sony langsung memberiku segelas air.



 “Diminum dulu ron, biar demamnya cepat sembuh. Yang banyak minumnya”



Langung aku terima dan kuminum sampai tandas. Aku memang haus dan badan jadi lebih segar.



“Ron, ni dah aku siapkan baju ganti, kamu mandi dulu nanti baru makan, ini sudah jam 8 malam. Tadi aku beliin ayam bakar dan burger, makana dikamar saja setelah makan langsung tidur. Besok pasti sudah fit.

“Makasih ya Ron, aku banyak berhutang padamu. Kamu gak perlu seperti ini sebenarnya”

“Diem ah gak usah bawel, mandi dulu sana lalu makan”

“Iya iya”



Segera aku mandi dan berganti pakaian dengan yang disediakan Sony dan aku keluar sudah berpakaian lengkap (dengan piama baru dan kolor baru).



“Ron, kamu masih marah gak sama aku”

“Enggak Son, aku gak pernah marah sama kamu”

“Lalu?”

“Aku takut sama kamu, aku takut ini kan terjadi lagi” kataku sambil menundukkan wajahku



Langsung Sony memelukku dan mengusap kepalaku



“Gak usah takut lagi Ron, gak akan ada apa apa kok”

“Tapi?”

“Udah, kita buktikan kedepannya. Sekarang makan dulu, apa mau disuapi lagi”



Mukaku langsung merah oleh omongannya, malu banget rasanya



“Gak lah aku makan sendiri saja” kataku

“Beneraan ni, aku gak keberatan kok nyuapin kamu”

“Gak ah, makan sendiri aja”

“Ya udah kalau gitu, aku tadi udah makan jadi kamu yang makan sekarang”



Karena perutku yang memang lapar aku langsung menghabiskan apa yang disediakan untukku. Rasanya enak dan kenyang. Beda banget sama ayam bakar yang kadang kadang aku makan, ini rasanya lebih enak. Mungkin beda kali bumbunya. Setelah selesai Sony membawa piring bekas makanku keluar.



Aku terus terang menjadi bingung, mengapa terjadi seperti ini, kenapa Tante Tasya gak marah marah lagi dan Sony baik padaku. Jadi yang terjadi padaku apa sebenarnya? Apakah Cuma dikerjai doang atau apa? Tapi kalau dikerjai gak mungkin sampai bikin babak belur gini.



Semua pikiran dan kemungkinan berkecamuk dalam kepalaku tapi aku gak tahu jawabannya sama sekali. Aku juga bingung dengan apa yang harus aku lakukan kedepannya, apakah aku harus berteman lagi dengan Sony apa tidak.



Sony kemudian masuk kedalam kamar



“Udah diminum belum obatnya”

“Belum” kataku

“Diminum dulu biar segera baikan dan sembuh” katanya



Dia segera mengambil segelas air dan menyerahkannya beserta obat yang harus kuminum. Segera setelah aku minum efek ngantuk menerpaku dan aku ingin segera tidur. Aku baringkan tubuhku dan Sony juga ikut membaringkan tubuhnya dibelakangku, dia memelukku dari belakang.



“Ron, maafkan aku atas apa yang terjadi ya, kamu gak akan kenapa napa kedepannya” terdengar suaranya yang main lama makin lirih. Aku kemudian terlelap dan gak ingat apa apa lagi setelah itu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent News

About

Categories

About

salam kenal dengan saya sigit, ayo kita saling belajar bersama. have fun to see my blog
Photobucket

Recent News

Photobucket