Part 4. Confusing
Aku gak berani memandang Tante Tasya yang
masuk ke dalam kamar. Aku sudah siap dan pasrah mendengar makiannya, tapi
beberapa saat gak ada makian ataupun cacian yang keluar dari mulutnya.
“Malam ini nginep disini aja ya Ron, biar bisa
istirahat dengan baik” katanya
Aku hanya diam saja dan tidak menjawab
pertanyaannya. Tiba tiba aku mendengar orang masuk.
“Mama ngapain disini, gak ada urusan kan mama
disini, sudah keluar sekarang juga” kata seseorang yang ternyata Sony
“Mama Cuma ingin minta maaf Sony sayang”
“Udah keluar keluar, jangan bikin lebih
runyam” katanya
Kemudian tante Tasya keluar dari kamar dan aku
baru berani memandang wajah Sony dan mendongakkan kepalaku. Kulihat selain Sony
ada seseorang yang masuk bersama dia. Kelihatannya seorang dokter.
“Dokter Hans, tolong periksa dengan cermat,
saya minta pendapat perlu gak dibawa ke rumah sakit. Aku gak mau temanku kenapa
napa” kata Sony
Dokter Hans kemudian memeriksaku, menanyakan
ini itu dan juga melihat luka lukaku. Sesekali beberapa tubuhku diraba dan aku
ditanya apa ada yang sakit. Aku cuma sakit di tempat lukaku yang terbuka dan
lecet. Hampir setengah jam aku diperiksa, ini periksanya berulang ulang, dasar
dokter yang aneh.
Setelah semua dirasa selesai dia bilang gak
ada luka dalam dan hanya luka luar, akan dikasih salep dan antibiotik agak
tidak terjadi infeksi. Setelah semua selesai dokter dan Sony keluar dari kamar.
Beberapa saat kemudian Sony masuk kembali
sambil membawa mangkok, gak tahu apa isinya.
“Ron, makan bubur ini dulu, kemudian minum
obetnya dan tidur” katanya
“Gak perlu Son, aku pulang saja ya” kataku
“Diem deh, hari ini kamu nginep disini dan gak
akan kubiarkan kamu melangkah sedikitpun dari kamar ini”
“Iya deh” kataku pasrah
“Sudah makan dulu, sini aku bantu”
“Gak usah Son, aku bisa makan sendiri, makasih
ya”
“Gak usah banyak komentar, sini aku bantu lalu
minum obatnya dan tidur. Oh ya, kamu pake piyamaku saja ya.”
Sony kemudian membuka lemari dan mengeluarkan
baju tidur (kayaknya, aku gak ngerti dan gak pernah punya)
“Pakai Ron” katanya sambil membantuku memakai
piyama yang dipegangnya
Terus terang agak jengah dan malu juga
diperlakukan kayak bayi gitu tapi melihat wajahnya serius gitu agak takut juga
buat bilang enggak sama dia. Kemudia dia mengambil bubur dan menyuapiku pelan
pelan.
“Makan yang banyak ya lalu tidur. Malam ini
kamu tidur nyenyak disini dan gak akan ada yang ganggu istirahatmu”
“Iya Son, makasih ya”
“Aku yang harusnya minta maaf padamu Ron,
semuaa salahku”
“Kamu gak salah apa apa kok”
“Aku cuma minta agar kamu masih mau menjadi
temanku ya Ron, itu penting bagiku”
“Aku bingung Son, terus terang aku takut”
“Gak usah dipikirkan dan gak usah mikir macam
macam, nanti sakitnya lama lo sembuhnya”
“Iya, aku akan usahain”
“Aku akan keluar sebentar ada yang harus aku
kerjakan, kamu tidur ya. Aku kunci pintu kamarnya, nanti kalau kamu terbangun
dan aku gak ada gak usah ragu pake semua yang disini”
“Iya”
“Janji ya, kalau haus atau pengen makan buah
tu ada di kulkas kecil disitu” katanya sambil menunjuk kulkas kecil yang berada
dipojok kamar
“Iya” Kataku
Setelah selesai makan dan minum obat kepalaku
srasa berat dan kantuk dengan sukses merasuk dalam kepalaku. Sony langsung
membantuku tidur dan menyelimutiku. Tidak beberapa saat kemudian akupun sudah
masuk ke dalam alam mimpi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku terbangun dan ingin kencing, ternyata Sony
sudah di dalam kamar hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek.
“Udah bangun?”
“Iya, ingin kencing”kataku
“Ya udah sana daripadaa ngompol”
Langsung aku ngacir ke kamar mandi yang juga
berada di dalam kamar Sony. Lega rasanya setelah kencing. Aku langsung kembali
dan Sony langsung memberiku segelas air.
“Diminum dulu ron, biar demamnya cepat sembuh.
Yang banyak minumnya”
Langung aku terima dan kuminum sampai tandas.
Aku memang haus dan badan jadi lebih segar.
“Ron, ni dah aku siapkan baju ganti, kamu
mandi dulu nanti baru makan, ini sudah jam 8 malam. Tadi aku beliin ayam bakar
dan burger, makana dikamar saja setelah makan langsung tidur. Besok pasti sudah
fit.
“Makasih ya Ron, aku banyak berhutang padamu.
Kamu gak perlu seperti ini sebenarnya”
“Diem ah gak usah bawel, mandi dulu sana lalu
makan”
“Iya iya”
Segera aku mandi dan berganti pakaian dengan
yang disediakan Sony dan aku keluar sudah berpakaian lengkap (dengan piama baru
dan kolor baru).
“Ron, kamu masih marah gak sama aku”
“Enggak Son, aku gak pernah marah sama kamu”
“Lalu?”
“Aku takut sama kamu, aku takut ini kan
terjadi lagi” kataku sambil menundukkan wajahku
Langsung Sony memelukku dan mengusap kepalaku
“Gak usah takut lagi Ron, gak akan ada apa apa
kok”
“Tapi?”
“Udah, kita buktikan kedepannya. Sekarang
makan dulu, apa mau disuapi lagi”
Mukaku langsung merah oleh omongannya, malu
banget rasanya
“Gak lah aku makan sendiri saja” kataku
“Beneraan ni, aku gak keberatan kok nyuapin
kamu”
“Gak ah, makan sendiri aja”
“Ya udah kalau gitu, aku tadi udah makan jadi
kamu yang makan sekarang”
Karena perutku yang memang lapar aku langsung
menghabiskan apa yang disediakan untukku. Rasanya enak dan kenyang. Beda banget
sama ayam bakar yang kadang kadang aku makan, ini rasanya lebih enak. Mungkin
beda kali bumbunya. Setelah selesai Sony membawa piring bekas makanku keluar.
Aku terus terang menjadi bingung, mengapa
terjadi seperti ini, kenapa Tante Tasya gak marah marah lagi dan Sony baik
padaku. Jadi yang terjadi padaku apa sebenarnya? Apakah Cuma dikerjai doang
atau apa? Tapi kalau dikerjai gak mungkin sampai bikin babak belur gini.
Semua pikiran dan kemungkinan berkecamuk dalam
kepalaku tapi aku gak tahu jawabannya sama sekali. Aku juga bingung dengan apa
yang harus aku lakukan kedepannya, apakah aku harus berteman lagi dengan Sony
apa tidak.
Sony kemudian masuk kedalam kamar
“Udah diminum belum obatnya”
“Belum” kataku
“Diminum dulu biar segera baikan dan sembuh”
katanya
Dia segera mengambil segelas air dan
menyerahkannya beserta obat yang harus kuminum. Segera setelah aku minum efek
ngantuk menerpaku dan aku ingin segera tidur. Aku baringkan tubuhku dan Sony juga
ikut membaringkan tubuhnya dibelakangku, dia memelukku dari belakang.
“Ron, maafkan aku atas apa yang terjadi ya,
kamu gak akan kenapa napa kedepannya” terdengar suaranya yang main lama makin
lirih. Aku kemudian terlelap dan gak ingat apa apa lagi setelah itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar