Part 18
Aku gak tahu mau dibawa kemana, aku gak
memperhatikan jalan ketika Jeremy membawaku. Entahlah, biarlah semua yang
terjadi terjadilah. Kami sampai disuatu rumah, rumahnya bagus, tapi ini bukan
rumah yang biasa Jeremy dan Sony tinggal. Dia keluar dan aku ikut ke dibelakangnya.
Kami masuk dan di dalam disambut seseorang.
“Mang Hadi, aku mau disini beberapa hari,
tolong kulkas diisi ya mang. Ini uangnya” kata Jeremy menyerahkan beberapa
lembar uang berwarna merah
“Iya den. Ini temannya ya?”
“Iya, kamu juga layani dia baik baik, jangan
mengecewakan dia”
“Iyaden ” katanya
Laki laki itu yang bernama mang Hadi kemudian
meninggalkaan kita.
“Ron, kesini” katanya. Aku mengikutinya dalam
diam. Kita menuju ke sebuah kamar. Dingin kamarnya, ada AC nya kayaknya.
Dikamar bajuku dilucuti, dia juga sama membuka
semua pakaiannya. Kita berdua dalam keadaan telanjang. Aku dibaringkan di kasur
dan dia kemudian ikut berbaring disebelahku. Diletakkan kepalaku di sisi
pundaknya, aku bisa mencium lehernya. Kemudian dia tarik selimut dan badan kami
tertutup selimut tebal.
Aku gak tahu yang aku rasakan saat itu, damai.
Seperti itulah yang kurasakan. Aku dapat merasakan kehangatan dari kulitnya
yang langsung tanpa perantara di pori pori dikulitku. Kehagatan yang
menentramkan. Tidak ada gairah waktu itu, aku hanya merasa nyaman berada dalam
posisi seperti itu.
“Honey, whay you broke our relationship? Kamu
masih mencintaiku kan?”
“Kak……………………”
Dia menciumku. Ciuman yang sangat lembut.
“I love you” katanya
Aku gak tahu kenapa, aku yang biasanya tegar
berubah menjadi sangat rapuh dihadapannya. Tangisku pecah dan aku memeluknya
erat. Aku gak tahu berapa lama aku menangis, yang kuasakan dia mencium kepalaku
dan tangannya mengelus punggungku.
Akhirnya aku berhenti juga menangis. Campuran
rasa malu, takut, tegang dan bermacam macam ada saat itu, tapi ada juga rasa
tenang dan tenteram yang beada dalam hatiku.
“Hatiku sakit kak. I’m hurt”
“Do you love me?” katanya yang ku jawab hanya
dengan anggukan
“OK, sekarang panggil aku seperti semula. Kamu
percaya aku kan?”
“Iya…….”
“Iya apa?”
“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmm”
“Apa?”
“Iya sayang” kataku akhirnya
“I love you honey, I will protect tou. Mulai
sekarang aku yang akan melindungimu”
“Iya sayang, terimakasih ya”
“Honey, aku boleh tanya gak?”
“iya”
“Kemaren ada apa sebenarnya?”
Aku kemudian menceritakan semuanya. Aku
ceritakan ketika dari awal kejadian sampai kejadian kali ini. Aku ceritakan
dari tante Tasya sampai Cyntia yang setiap kali bertemu (atau sengaja
menemmuiku) pasti menghinaku. Juga perlakuan Sony yang membela dia.
“OK honey. Aku mengerti sekarng. Memang dua
perempuan itu harus dikasih pelajaran”
“Maksudmu sayang”
“Gak perlu kamu pikikain sayang, itu urusanku,
berani benar mereka mengusik diriku. Aku sudah berjanji pada kakek tidak akan
ikut campur, tapi kalau mereka yang memulai aku tidak akan tinggal diam”
“Aku gak ngerti”
Diaa hanya tertawa saja dan menciumku, ciuman
kali ini lebih terasa ada gairahnya, aku ikut dan gairahku ikut neik. Ada rasa
panas yang menjalar dalam tubuhku.
“OK honey, mulai sekarang aku akan mengantar
dan menjemputmu”
“Gak mau ah, aku bukan bayi. Aku masih sanggup
kalau cuma berjalan. Masih juga ada motor buat ke kampus”
“Untuk seminggu kedepan saja, aku gak mau kamu
kenapa napa. Dan satu lagi, kamu gak boleh dekat Sony lagi”
“Aku juga tidak mau berhubungan dengan dia dan
yang ada sangkut pautnya dengan dia. Aku tidak mau terluka lagi”
“Mulai sekarang kamu tinggal disini, kalau
kamu kerja nanti aku antar dan pulangnya aku jemput. Kalau aku gak bisa akan
aku suruh supir buat mengantantar atau menjemputmu”
“That’s too much. Aku gak mau berlebihaan
sayang” kataku
“You love me or not” dan aku jawab dengan
anggukan
“Jadi gak usah berdebat”
“Up to you sayang” kataku pasrah
Kemudian aku memeluknya, aku merasakan rasa
panas dalam tubuhku dan aku menciumnya. Dia balas dengan ciuman yang menngebu
dan kami sudah melupakan segalanya dan merasakan surga dunia.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku sudah mandi sehabis tadi bergumul dengan
Jeremy (istilahnya heheheheheh), Gak juga sih, aku tidur dulu, ini sudah jam
satu siang. Aku gak tahu pakaianku ada dimana, tapi jeremy sudah menyiapkan semuanya,
ada satu lemari yang berisi pakaian dengan ukuranku, kayaknya ini dulu yang
pernah dia beli (emang gak aku bawa pulang, aku gak enak bawa pulang) dan ada
beberapa yang baru.
Aku keluar dari kamar dan aku bertemu dengan
laki laki yang tadi ada waktu aku datang. Aku mengangguk hormat padanya.
“Den, ditunggu den Jeremy buat makan”
Aduh, aku dipanggil aden, seumur hidup aku
belum pernah dipanggil aden (jadi kayak tuan tuan di sinetron yang sering
ditonton emak kalau aku balik).
“Jangan panggil den pak, panggil Roni saja,
aku bukan majikan kok. Panggil Roni aja ya pak”
“Gak sopan itu den, aden kan temennya den
Jeremy”
“Panggil Roni aja ya pak”
“Hmmmm, baiklah. Ron udah ditunggu tu,
cepetan. Nanti den Jeremy marah, dia paling gak mau menunggu”
“iya pak” kataku
Kulangkahkan kakiku dan aku gak tahu mau
kemana. Rumah ini kecil sih gak terlalu besar, aku kedepan ternyata gak ada dan
aku kemudian ke ruang tengah. Ternyata Jeremy sedang duduk di meja yang banyak
makanan di atasnya.
“Sini honey, kita makan”
“Iya sayang. Banyak banget makanannya”
“Jangan cerewet, makan aja yang banyak”
“iya” kataku malu malu
Aku makan sedikit sebenarnya (malu kalau makan
banyak, dikira rakus nanti, padahal emang rakus) tapi jeremy nambahin yang ada
dipiringku. Mau gak mau harus dihabisin. Prinsipku paling pantang membuang
makanan. Kenyang deh.
Kemudian kami ke ruang lain, ada TV dan sova
didepannya. TV nya gede dan banyak stasiunnya. Pake parabola mungkin karena ada
acara luarnya. Aku menontong sambil berbaring dipangkuannya.
“Sayang, kamu kerja gak hari ini?”
“Iya, kemaren kan aku sudah bolos jadi dalam 3
minggu kedepan aku gak bisa libur”
“Kasihan, bagaimana kalau kamu berhenti saja.
Nanti aku yang ngasih buat biaya ke kampusmu”
“No, aku gak mau. Aku kalau tinggal disini bolehlah
karena aku taku sayang dangat mencintaiku dan ingin melindungiku. Tapi aku
kerja buat membantu emak dan biaya biaya lain, aku merasa gak berharga jika aku
tidak memiliki penghasilan sendiri. Aku tidak mau menjadi benalu dalam hubungan
kita”
“Kamu terlalu berlebihan honey, but tha’s OK. Aku
mengerti jalan pikiranmu, aku juga ingin kamu bangga pada dirimu sendiri”
“Tanks sayang” kataku
“Nanti diantar sopir saja ya, aku ternyata jam
3 mau ada acara”
“Naik angkot saja ya” kataku
“no”
“Aku malu sayang, masak diantar pake mobil”
“Kamu diantar atau gak usah kerja. Pilih salah
satu”
“Iya deh” aku menyerah. Gak akan menang
ngomong sama dia
“Gitu dong”
“Pulang jam berapa mllm ini?”
“Jam 11 paling telat, kalau ramai ya bisa
pulang lebih awal”
“OK, nanti telpon aj kalau sudah selesei, aku
jemput kalau aku sudah balik. Kalau belum nanti siantar sopir”
“Mang Hadi ya?”
“Bukan, dia yang menjaga rumah ini. Pak Darmo
namanya. Dia baik kok”
“Tapi kasian kan kalau jemput malam malam”
“Gak apa apa, sudah biasa kok kalau jemput aku
atau nganter aku”
“Terserang sayang deh” kataku tersenyum
Tiba tiba Mang Hadi datang. Aku terkejut.
Terus terang aku malu dalam posisi itu, aku masih merebahkan kepalaku di
pangkuan Jeremy. Aku berusaha bangun tapi Jeremy menahanku. Aku gak bisa apa
apa cuma menahan malu.
“Ada telepon den”
“Dari siapa Mang?”
“Dari Tuan Alex”
“Iya mang aku terima”
“Ron, aku terima telpon dulu ya, dari papa.
Mungkin penting”
Dan aku kemudian bangkit. Jeremy segera buru
buru meninggalkanku dan menerima telepon yg katanya dari papanya.
bikin penasaran terus nih cerita ...
BalasHapusterus .. terus & terus
Jeremy jadi ama si Roni padahal aku ngarepnya Roni ama Sony
BalasHapustapi ga apa deh
konfliknya mana nih?
oh ya menurut aku si Chytia itu lebay banget deh kalau ngomong
kaya orang ga berpendidikan, coba sindir aja daripada ngomong ngebacot kaya tong sampah